Seiring dengan berjalannya waktu, Indonesia juga telah bertansformasi membangkitkan antusiasme baru di kalangan penggemar kopi, sekaligus membuka pintu peluang baru bagi pengembangan industri kreatif yang inovatif dan berkelanjutan.
Menurut Neil, kenaikan impor selain akibat dari gagal panen, juga berasal dari permintaan dalam negeri hingga memengaruhi permasalahan tersebut. Dengan naiknya permintaan, persediaan lokal tidak bisanya memenuhi kebutuhan.
Untuk itu dirinya berharap saat ini pemantapan gotong royong perlu dilakukan dari hulu ke hilir, mulai dari petani hingga ke penyajian cafenya, agar budaya-budaya kopi ini bisa melebar ke segala penjuru.
“Kami berharap budaya-budaya seperti ini bisa melebar ke mana-mana termasuk yang kita bilang manufaktur,” ucapnya.
Merujuk pada kondisi demikian, maka sertifikasi Indikasi Geografis dan pemahaman akan kopi Indonesia harus digalakkan kembali melalui berbagai promosi, dan diplomasi kopi baik di dalam negeri maupun di intenasional. (TYO)