IDXChannel - Untuk mencapai target nol emisi karbon (net zero) pada 2060, pemerintah mendorong berbagai pihak, termasuk korporasi sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi, untuk berperan aktif mendukung transisi menuju ekonomi hijau.
Tuntutan praktik keberlanjutan oleh korporasi juga datang dari 57 persen investor di seluruh dunia, yang kini mempertimbangkan laporan keberlanjutan (sustainability report) dalam pengambilan keputusan bisnis pada skala besar[1] .
Dengan tren ini, bagaimana seharusnya korporasi menerapkan praktik keberlanjutan yang sesuai dengan standar yang berlaku?
Terdapat beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan oleh sebuah perusahaan dalam menerapkan praktik keberlanjutan yang menyeluruh hingga ke core bisnisnya. Aspek-aspek tersebut meliputi produksi dan rantai pasok berkelanjutan, konsistensi dan integrasi praktik berkelanjutan dalam model bisnis, serta reputasi positif dari tata kelola lingkungan, sosial, dan organisasi (environmental, social, and governance/ESG).[2]
Dalam penyusunan laporan berkelanjutan, korporasi di seluruh dunia umumnya menggunakan standar Global Reporting Initiative (GRI) atau Corporate Sustainability Reporting Directive (CSRD). Firma PricewaterhouseCooper (PwC) menyarankan beberapa langkah penting, yakni memfokuskan ruang lingkup pada aspek materialitas yang relevan, mengintegrasikan teknologi terkini, membentuk tim khusus untuk pengumpulan data dan implementasi strategi atau aksi keberlanjutan, menerapkan matriks kunci yang disepakati, menggunakan analytics tools untuk meningkatkan performa, serta menggabungkan data pelanggan dan kondisi pasar untuk mengeksplorasi peluang pertumbuhan bisnis[3].