Erick mencontohkan operasional sektor perkapalan ke depan tidak lagi menggunakan BBM, namun memakai Blue Hidrogen sebagai bahan bakar alternatif. Sama halnya dengan transportasi darat yang mengutamakan EV baterai atau listrik.
"Nah itu yang Pertamina juga akan beradaptasi. Itu yang kita pastikan harga komoditas berapa, kita samakan. Bahkan bisa lebih rendah dan tidak sekonyong-konyong, oh Pertamax, Pertamina untung sekian persen," ucapnya.
Kementerian BUMN mencatat total penghematan anggaran operasional Pertamina mencapai USD1,9 miliar atau setara Rp 29,5 triliun. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari penghematan dana selama 2020, 2021, dan 2022.
Erick mengatakan pada pada 2022 Pertamina menghemat anggaran operasional sebesar USD600 juta. Sementara sepanjang 2020-2021 efisiensi anggaran mencapai USD1,3 miliar. Dengan begitu, total dana yang ditekan mencapai USD1,9 miliar.
Menurutnya, efisiensi anggaran operasional BUMN energi tersebut bagian dari perbaikan bisnis perusahaan secara menyeluruh.