IDXChannel - Nama Lars Emil Bruun mendadak tenar di dunia karena meninggalkan warisan berupa uang kuno senilai 500 juta krona atau Rp1,14 triliun.
Bruun adalah pedagang mentega asal Denmark yang sukses hingga dijuluki "Raja Mentega". Tepat 100 tahun setelah kematiannya, sebanyak 20 ribu koleksinya di mana 15 ribu di antaranya adalah koin akhirnya dilelang.
Berdasarkan data dari Balai Lelang Stack's Bower yang dikutip pada Minggu (15/9/2024), Bruun lahir pada 29 Maret 1852 di desa kecil yang disebut Havdrup Ulvemose.
Keluarga besar Brunn yang dalam bahasa Denmark berarti "warna cokelat" sebetulnya mengelola bisnis penginapan lokal. Namun, sang ayah Ole Brunn memilih menjadi pelaut saat masih muda meski gagal dan kembali ke kampung halamannya.
Bukannya meneruskan bisnis keluarga, Ole lebih memilih untuk mengelola penginapannya sendiri. Bisnisnya pun terdampak saat perang Schleswig kedua antara Denmark dan Prusia pada 1864. Saat itu, Lars berusia 12 tahun.
Situasi pasca perang yang mengerikan membuat Lars kecil tak mengenyam pendidikan dengan layak. Di usia 14 tahun, ayahnya mengirim Lars magang di C.E Nissen yang menjual produk pertanian. Dia harus bekerja dengan jam yang sangat panjang dan hanya mendapat makanan, pakaian, dan tempat tinggal saja.
Dari sini, hobi mengoleksi koinnya muncul karena menjadi satu-satunya hiburan bagi Lars. Dia juga berkenalan dengan para seniman koin dan mulai mengoleksi 49 koin perak dan 87 koin tembaga.
Usai magang, Lars mulai bekerja di Nissen. Awalnya dia hanya dibayar 200 rigsdaler saja kemudian kemampuannya yang semakin terasah membuat dirinya pindah ke P.F. Esbensen. Disinilah dia mempelajari bisnis mentega yang kelak akan membesarkan nama dan kekayaannya.
Lars sebetulnya tak suka mentega, namun dia dibayar 1.000 rigsdaler untuk mengecek kualitas mentega. Esbensen adalah salah satu perusahaan dagang mentega terbesar di Denmark. Mentega ini dikemas ke dalam kaleng kecil dan kemudian dikirim ke berbagai negara. Salah satunya Inggris sehingga Lars mulai menyukai koin dari negara ini.
Namun, tak lama Lars diminta ayahnya untuk membantu karena ekonominya sedang sulit. Pada 1877, Lars harus hidup susah lagi setelah pekerjaannya hilang dan harapannya untuk membangun bisnis dari warisan keluarga pupus. Ibunya hanya menghasilkan 2 krone per hari yang tentu saja tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Lars kemudian kembali magang di perusahaan mentega C.E.W Kramer and Wilhelm Bagger. Kariernya naik cepat dan memegang posisi penting. Salah satu pemiliknya, Kramer meninggal pada 1882 dan Lars tak cocok dengan Bagger. Akhirnya, dia keluar dan mendirikan perusahaan sendiri, “The Copenhagen Preserved Butter Company.”
Seperti bisnis pada umumnya, awal perjalanannya tak mudah. Namun berkat keahlian, kerja keras, dan pengetahuannya yang dalam soal bisnis mentega, perusahaannya berkembang pesat. Pada 1895, perusahaannya mempekerjakan 200 orang dan pada 1917, kekayaannya ditaksir mencapai 18 juta krone.
Selain aktif berbisnis, Lars tak meninggalkan hobinya di dunia numismatika. Pada 1885, dia ikut mendirikan "Coin Collectors Society of Copenhagen" yang berisi para numismatis kaya. Tak mudah untuk masuk komunitas ini karena selain persyaratannya ketat, biaya iurannya cukup mahal sehingga pekerja kerah biru tak bisa masuk.
Dari sini, Lars aktif berburu uang kuno langka, terutama koin. Pada 1922, dia menemukan banyak koin bernilai dari keluarga aristokra Bille-Brahe dan memutuskan untuk membelinya.
Koleksi Lars saat ini mencapai 20 ribu yang terdiri atas 15 ribu keping koin, 4.600 medali dan token, 330 uang kertas, dan 1.800 buku. Semua koleksi ini dititipkan ke Museum Nasional Denmark karena Lars khawatir koleksinya rusak dan hancur akibat Perang Dunia Pertama.
Pada 21 November 1923, Lars meninggal dunia akibat penyakit diabetes. Dia menuliskan surat wasiat agar koleksinya dijual setelah 100 tahun dirinya meninggal dunia dan diberikan kepada generasi penerusnya. Kini, koleksinya mulai dijual lewat Balai Lelang Stack's Bower dan diperkirakan nilanya mencapai lebih dari Rp1 triliun.
(Rahmat Fiansyah)