"Setiap satu kubik air kalau di kolam bioflok bisa ditebar benih ikan hingga 100 ekor. Tetapi kalau kolam konvensional hanya kisaran 18-20 ekor saja. Untuk airnya juga lebih awet dan bisa bertahan mulai awal tebar sampai panen. Juga tidak berbau dan ramah lingkungan," terang dia.
Selama satu tahun berjalan, budidaya ikan nila merah kampung Slilir sudah semakin meluas. Agung menyebut bahwa saat ini sudah ada 58 kolam dari 37 petani yang ikut membudidayakan nila merah. Masing-masing kolam menampung jumlah yang berbeda bergantung pada diameter kolam.
Sedangkan untuk kolam diameter 2 meter mampu menampung hingga 350 ekor. Kemudian untuk kolam diameter 3 bisa menampung 700 hingga 900 ekor. Sementara untuk kolam berdiameter 4 meter bisa menampung antara 1.200 hingga 2.000 ekor.
"Untuk panennya ini macam-macam sesuai kebutuhan. Tetapi standarnya untuk ukuran sangkal atau sekitar 100 gram itu perlu kisaran waktu 4-5 bulan untuk panen dihitung dari awal tebar benih," jelasnya.
Pada pemasarannya, disebutkan Agung pihaknya memilih memasarkan ikan nila merah secara mandiri. Mereka memanfaatkan platform media sosial untuk bisa menjual langsung ke pembeli ketimbang menjual ke tengkulak. Tak hanya itu saja, sebagai bagian dari Pokdakan, pihaknya juga siap membeli panenan dari petani jika mereka kesulitan melakukan pemasaran.
"Tetapi kalau misal para petani bisa memasarkan sendiri, kami juga tidak menghalangi mereka," tandasnya. (RAMA)