sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Awalnya Iseng, Karang Taruna di Malang Sukses Ternak Ikan Nila Saat Covid

Inspirator editor Avirista M/Kontributor
23/06/2021 15:46 WIB
Bingung banyak kegiatan yang harus tutup karena pandemi covid, sekelompok penuda yang tergabung dalam Karang Taruna di Malang memanfaatkan kolam terbengkalai.
Awalnya Iseng, Karang Taruna di Malang Sukses Ternak Ikan Nila Saat Covid (FOTO: MNC Media)
Awalnya Iseng, Karang Taruna di Malang Sukses Ternak Ikan Nila Saat Covid (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Bingung banyak kegiatan yang harus tutup karena pandemi covid-19, sekelompok penuda yang tergabung dalam Karang Taruna di Kampung Silir Bakalan Krajan, Malang, Jawa Timur mencoba memanfaatkan kolam terbengkalai. Sekarang mereka justru sukses beternak ikan nila.

Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Krajan Slilir Sumilir, Agung Sugiantoro menyatakan, sebelum pandemi Covid-19 datang, karang taruna di Kampung Silir Bakalan Krajan, cukup aktif. Namun pandemi Covid-19 dengan segala pembatasannya akhirnya membuat sejumlah kegiatan tak aktif.

“Kami ini mencari kegiatan lain. Kemudian melihat sebuah kolam yang terbengkalai, dibersihkan, dan dimanfaatkan,” kata Agung Sugiantoro.

Dari sanalah disebut Agung, ia dan rekan – rekannya memanfaatkan kolam di Jalan Pelabuhan Tanjung Priok Nomor 93, Bakalan Krajan sejak Februari 2020, yang dulunya terbengkalai dan dimanfaatkan menjadi tempat pembudidayaan ikan nila merah.

"Ada lima petak kolam yang kami bersihkan dan coba dimanfatkan. Kemudian kami juga berkoordinasi dengan pemangku wilayah mulai dari RW hingga kelurahan. Hasilnya kami mendapat bantuan benih ikan nila merah sebanyak 500 ekor dan kemudian kami tebar di satu kolam," paparnya.

Mengawali dari 500 ekor benih ikan nila yang diberikan oleh Lurah Bakalan Krajan, kemudian dikembangkan hingga berhasil. Selanjutnya, oleh pihak kelurahan diberikan bantuan sebanyak 1.000 benih ikan nila merah kembali dan langsung disebar ke kolam lain. 

Atas keberhasilan tersebut para pemuda tersebut kemudian mencoba mengajak warga sekitar untuk memulai budidaya. Namun, ada kendala yang muncul saat itu, yakni pembiayaan pembuatan kolam yang cukup mahal apabila menggunakan beton. Sebab harus menggali tanah terlebih dahulu. 

"Kemudian kami berpikir untuk mengubah kolam permanennya menjadi kolam buatan menggunakan terpal khusus. Setelah kami mencari referensi, hasilnya untuk kolam terpal yang paling cocok adalah menggunakan bioflok," tuturnya. 

Bioflok sendiri merupakan teknologi budidaya ikan melalui rekayasa lingkungan. Teknologi ini mengaandalkan pasokan oksigen pemanfaatan mikroorganisme yang secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan. Sederhananya, prinsip bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik menjadi massa sludge berbentuk bioflok. 

Menurut Agung, teknik ini sangat efektif untuk budidaya di lahan sempit. Sebab  benih yang ditebar juga bisa lebih banyak, dibanding kolam konvensional. 

"Setiap satu kubik air kalau di kolam bioflok bisa ditebar benih ikan hingga 100 ekor. Tetapi kalau kolam konvensional hanya kisaran 18-20 ekor saja. Untuk airnya juga lebih awet dan bisa bertahan mulai awal tebar sampai panen. Juga tidak berbau dan ramah lingkungan," terang dia. 

Selama satu tahun berjalan, budidaya ikan nila merah kampung Slilir sudah semakin meluas. Agung menyebut bahwa saat ini sudah ada 58 kolam dari 37 petani yang ikut membudidayakan nila merah. Masing-masing kolam menampung jumlah yang berbeda bergantung pada diameter kolam. 

Sedangkan untuk kolam diameter 2 meter mampu menampung hingga 350 ekor. Kemudian untuk kolam diameter 3 bisa menampung 700 hingga 900 ekor. Sementara untuk kolam berdiameter 4 meter bisa menampung antara 1.200 hingga 2.000 ekor. 

"Untuk panennya ini macam-macam sesuai kebutuhan. Tetapi standarnya untuk ukuran sangkal atau sekitar 100 gram itu perlu kisaran waktu 4-5 bulan untuk panen dihitung dari awal tebar benih," jelasnya. 

Pada pemasarannya, disebutkan Agung pihaknya memilih memasarkan ikan nila merah secara mandiri. Mereka memanfaatkan platform media sosial untuk bisa menjual langsung ke pembeli ketimbang menjual ke tengkulak. Tak hanya itu saja, sebagai bagian dari Pokdakan, pihaknya juga siap membeli panenan dari petani jika mereka kesulitan melakukan pemasaran. 

"Tetapi kalau misal para petani bisa memasarkan sendiri, kami juga tidak menghalangi mereka," tandasnya. (RAMA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement