Pada waktu yang sama, ia mendapatkan pekerjaan sebagai peracik dan pelinting roko di pabrik rokok di Lamongan. Tidak lama ia bekerja di situ, setelahnya ia membuka warung kecil di Jalan Tjantian, Surabaya, untuk berjualan makanan kecil dan rokok lintingan.
Produk rokok pertamanya hanyalah kretek linting tangan dengan nama Dji Sam Soe (234). Bisnisnya ini berkembang cukup baik, akan tetapi cobaan pertama datang, warung sekaligus gubug tempat tinggal Seeng Tee dan istrinya terbakar pada 1916.
Namun ia tidak menyerah, Seeng Tee membeli pabrik rokok yang hampir bangkrut dengan harga murah, berkat istrinya yang gemar menabung di tiang bambu. Di pabrik ini, Seeng Tee kembali meracik resep rokok untuk menarik pelanggan.
Usahanya kian pesat, dan berganti nama dengan NVBM Handel Maatschappij Sampoerna pada 1930, ini adalah pertama kali nama Sampoerna dipakai. Dua tahun setelahnya, produksi rokok berpindah ke lahan yang lebih luas, yakni di Jembatan Merah Surabaya.
Saat itu, bisnis tembakau Seeng Tee makin pesat berkembang, ia mampu mempekerjakan 1.300 karyawan dan memproduksi hingga 3 juta batang per minggu. Pasar Sampoerna makin kuat di Jawa Timur dan Jawa Tengah.