IDXChannel—Indonesia terkenal sebagai negara dengan rempah-rempah yang melimpah. Terbukti dari tingginya produk rempah-rempah khas Indonesia yang banyak di ekspor ke berbagai negara. Vinni Wulandiri, adalah salah satu yang berhasil memanfaat potensi bisnis rempah.
Vinni Wulandari Singadiwirya memulai bisnis ekspor rempah sejak beberapa tahun silam. Kini ia mampu mengekspor hingga beberapa kontainer berisi rempah-rempah ke mancanegara.
Ia mengaku bisnis ekspor rempah ini disarankan oleh sang kakak yang bekerja di perusahaan Prancis. Vinni mengaku di awal usahanya ia hanya fokus pada rempah vanilla saja kini sudah merambah pada vanilla bean, green bean robusta, dan betel nut atau pinang.
Vinni bercerita, kesulitannya pada saat memulai usahanya sebagai eksportir adalah mencari supplier, maka dari itu sangat penting memilih komoditi yang benar dan sudah mengetahui alurnya. Eksportir dan petani bahkan menghadapi kesulitan yang sama, yaitu sulit mencari supplier sekaligus berisiko tertipu supplier.
Vinni menyebutkan kini perusahaannya menjalin kontrak dengan Korea Selatan dengan mengekspor Vanilla sekitar 250-300 kilogram per bulan dengan omset mencapai miliaran rupiah. Selain vanilla, Vinna menyebutkan komoditas yang sangat besar juga ada di betel nut atau pinang.
Hasil penjualan miliaran rupiah ini tidak mengherankan, sebab komoditas ekspor diperdagangkan dalam mata uang asing. Namun eksportir membeli suplai komoditas dalam rupiah.
“Sampai akhirnya karena permintaan yang begitu banyak yang aku dapat dari satu buyer dari China itu dia bisa minta sekitar 1000 ton per hari, karena workshop aku belum mampu, jadi aku hanya ngambil sekitar 18 ton kali enam kontainer, kurang lebih segitu,” ujar Vinni dilansir dari kanal YouTube Sariagri.
Saat mulai menjalani bisnis ekspor remah ini, Vinni tidak hanya mengambil pasokan rempah dari petani, namun juga mengedukasi para petani hingga mereka mampu menjaga kualitas rempah agar layak diekspor. Ia juga belajar mencari supplier dan berkomunikasi dengan calon buyer.
Vinni mengajari cara manajemen keuangan, dan cara menyiapkan rempah hingga layak diekspor. Ia juga membentuk asosiasi petani untuk mempermudah petani mengumpulkan barang dan menjual hasil panennya.
"India, China, dan Korea Selatan itu pangsa besar buat pinang. Korsel impor pinang besar-besaran untuk kosmetik," sambungnya.
Datangnya pandemi membuat teknologi semakin maju dan cepat termasuk bisnis, Vinni mengaku datangnya pandemi memberikan dampak positif karena terbantu mengenai pengurusan izin yang hanya perlu melalui online.
“Jujur saja setiap aku mulai bisnis nggak pernah pakai modal, makanya dalam bisnis itu uang bukan yang utama. Itu bisa kita lakukan bagaimana cara kita untuk bernegosiasi,” tutur Vinni
Dalam akhir video Vinni juga menyampaikan untuk tidak menyia-nyiakan waktu karena setiap manusia sama-sama memiliki modal yang sama yaitu, waktu 24 jam. Jadi, bagaimana memanfaatkan waktu tersebut itu menjadi pilihan. (NKK)
Penulis: Noviyanti Rahmadani