Berdasarkan laporan Okezone (10/9), percobaan membuat lulur dan sabun pun tidak seketika berhasil. Dikisahkan oleh sang putra, Sathya Narayana, menceritakan bahwa orang tuanya berkali-kali gagal sebelum akhirnya mendapatkan formula yang sempurna.
Pada 2008, barulah Denara Bali meluncurkan produknya. Formula ini masih digunakan sampai hari ini. Usaha Denara Bali mulai berkembang kembali dari nol, namun lagi-lagi mereka harus menghadapi risiko karena pandemi COVID-19.
Sejak pandemi itu, Sathya mengambil alih usaha kedua orang tuanya untuk dikelola. Dia mulai menerapkan digitalisasi untuk memasarkan produk. Sathya memanfaatkan platform marketplace dan menggunakan fitur-fitur khusus promosi produk lokal.
Setelah itu, penjualan Denara Bali meningkat tajam karena berhasil menjangkau pasar konsumen yang lebih luas. Bahkan penjualan dari platform marketplace itu menyumbang 25 persen dari total penjualan Denara.
Itulah cerita UMKM yang berhasil bangkit dari kebangkrutan.
(Nadya Kurnia)