Namun ego pribadi-lah yang membuat manusia mengejar harta benda secara berlebihan, sehingga menitikberatkan kebahagiaan, keselamatan hidup, dan aktualisasi dirinya pada jumlah dan bentuk harta yang dimilikinya, padahal ia tidak memerlukannya.
Buya Hamka juga pernah berpesan agar kita tidak berlebih-lebihan dalam mengeluarkan harta, atau sebaliknya, tidak terlalu kurang atau pelit untuk sesuatu yang bermanfaat atau seseorang yang sangat membutuhkan.
“Kita tidak boleh bohong, kita mesti lurus, tak boleh menipu. Kita tidak boleh royal dan tidak boleh bakhil (pelit). Kita tidak boleh terlalu pendorong dan kita tidak boleh pengecut. Karena semuanya itu merusakkan tali hubungan kita dengan Allah dan dengan insan,”
Dari pendapat-pendapat Buya Hamka tentang harta itu, dapat disimpulkan bahwa:
- Bagi seorang Muslim, harta dibutuhkan untuk hidup, namun harta bisa jadi cobaan hidup
- Harta hanyalah titipan, sejatinya milih Tuhan YME
- Harta sebaiknya digunakan untuk hal-hal yang benar
- Harta mesti dicari dengan cara yang baik dan halal
- Harta bukanlah pusat kebahagiaan, melainkan penunjang hidup dengan layak semata
Itulah beberapa perspektif harta bukan sumber keselamatan menurut Buya Hamka yang menarik untuk ditiru oleh umat Muslim. (NKK)