Sudono menikah dengan sesama orang Tionghoa yang bernama Lie Kim Nio atau dikenal dengan Lilani.
Dalam waktu yang cukup singkat, bisnis cengkeh dan tembakau milih Sudono tumbuh dengan pesat. Bahkan ia dikenal dengan juragan cengkeh dan tembakau asal Kudus yang memiliki koneksi ke Sulawesi dan Sumatera.
Berkat bisnis cengkeh dan tembakau yang ia jalani, Sudono juga menjadi pemasok barang-barang medis bagi tentara revolusioner Indonesia di Medan. Hingga pada akhirnya ia mengenal Soeharto yang pada saat itu menjabat sebagai perwira Tentara Revolusioner Indonesia.
Bisnis Cengkeh yang Bangkrut
Dibalik kesukesan Sudono, rupanya ia juga pernah mengalami kebangkrutan pada tahun 1942. Saat itu Indonesia berada di bawah kekuasaan Jepang, mengakibatkan seluruh aktivitas bisnis dihentikan. Berhentinya aktivitas bisnis berlangsung kurang lebih selama tiga tahun hingga Jepang Pergi dari Hindia Belanda.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaan pada 1945, Sudono memutuskan untuk pindah ke Jakarta yang pada masa itu menjadi Ibu Kota Negara Indonesia. Di Jakarta ia menjalin kerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok dan Hongkong untuk memasok produk kebersihan bagi Tentara Nasional Indonesia.