Ayahnya lantas hanya bertani sawah saja setelahnya, sembari menjadi pamong desa yang kala itu sempat menjadi bayan dan mengurus dua desa. Ayahnya menyadari bahwa anak-anaknya tak mungkin sukses jika hanya menjadi petani.
Maka dari itu, kedua orangtuanya bertekad untuk tetap menyekolahkannya, bagaimana pun caranya. Menurut orangtuanya, hanya ilmu yang dapat diturunkan oleh keduanya, sebab tanah garapan tak bakal makin bertambah.
Saat ia masuk ke jenjang perkuliahan. Kedua orangtuanya tak memiliki dana cukup untuk membiayainya. Sang ibu harus meminjam uang Rp35.000 untuk mengongkosi perjalanannya dari Solo ke Yogyakarta, juga untuk membayar uang pendaftaran.
Perry mengaku sebenarnya ia ingin mendaftar ke fakultas kedokteran, namun karena keterbatasan dana, ia akhirnya memilih jurusan ekonomi. Saat menjalani perkuliahan pun ia masih terkendala dana.
Sehingga Perry harus bekerja untuk menutupi kekurangan biaya kuliahnya. Bahkan, ia pun pernah menjadi kenek untuk mencukupi biaya kuliah. Perry berhasil lulus dari Universitas Gadjah Mada pada 1982 dan lolos masuk seleksi karyawan Bank Indonesia.