Meskipun keluarganya bukanlah kalangan terdidik, Holy sangat bersyukur sebab kedua orang tuanya menyadari pentingnya pendidikan bagi seorang anak. Oleh sebab itu, ayah dan ibunya bermimpi untuk menyekolahkan Holy.
Keseharian ayahnya adalah nelayan harian yang mencari ikan dengan sampan kecil, sementara sang ibu adalah buruh rajungan. Sejak kecil Holy mengerti bagaimana kedua orang tuanya sulit mencari nafkah.
Terkadang Holy juga ikut bekerja sebagai pengupas rajungan. Meskipun begitu, tanggung jawabnya terhadap pendidikan tidak pernah terabaikan. Buktinya, Holy selalu menduduki peringkat satu sejak SD hingga SMA.
Prestasinya ini cukup membantu orang tuanya untuk meringankan SPP. Dia sangat bahagia saat pengambilan rapor dapat melihat wajah bangga kedua orang tuanya. Apalagi saat mendengar nama ayahnya disebut ketika Holy mendapatkan juara umum.
Usai SMA, kedua orang tuanya bertekad agar putrinya dapat melanjutkan kuliah. Holy sempat gagal memperoleh beasiswa, kegagalan itu juga sempat membuatnya frustasi. Namun Holy tidak menyerah, dia tetap berangkat ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikan.