IDXChannel—Kisah sukses Arief Harsono menarik untuk diulas. Dia adalah pendiri Samator Group, perusahaan yang bergerak di bidang gas industri. Bisnis ini didirikannya pada 1975 di Surabaya.
Arief Harsono telah meninggal dunia di usia 66 tahun pada 2021 silam, saat pandemi COVID-19 berlangsung. Arief Harsono terlahir di Tolitoli, Sulawesi Tenggara, dan merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara.
Keluarganya telah memiliki bisnis kopra di Sulawesi yang dikendalikan di Surabaya. Meskipun secara ekonomi terbilang cukup, Arief tetap turun tangan membantu bisnis kopra orang tuanya. Pada pagi hari, Arief akan membantu ayahnya di gudang kopra.
Kondisi jantung adiknya yang nomor dua serta bisnis kopra yang dikendalikan di Surabaya ini membuat Arief pindah ke kota pahlawan. Dia menyelesaikan pendidikan SMP dan SMA di sekolah swasta bernama Petra.
Melansir Big Alpha (4/10), sang ayah pernah meminta Arief memilih, ‘mau kuliah atau bekerja.’ Arief bersedia jika diminta untuk bekerja, namun dengan syarat dia hanya mau bekerja di daerah yang tidak ada sanak famili.
Arief memilih untuk bekerja dengan menjadi pebisnis. Dengan modal Rp30.000 dari sang ayah, Arief memulai bisnis kopra di Poso, kopra yang didapatnya lantas dijual ke Surabaya. Dari bisnis kopra ini, Arief mempelajari seluk beluk bisnis.
Dari bisnis ini pula, Arief berhasil membeli mobil sendiri untuk fasilitas usahanya. Bisnis kopranya berkembang besar seiring waktu berjalan, namun Arief banting setir mencari usaha lain setelah trauma terjatuh ke laut saat bolak-balik mengantar kopra dengan kapal.
Ide bisnis baru untuk dilakoni muncul saat dia mengunjungi temannya yang memiliki bengkel mobil di Samarinda. Selama kunjungannya itu, Arief mengamati tukang las yang mengelas tanpa karbit.
Usut punya usut, ternyata tukang las itu mengelas tanpa karbit karena orang asing tidak suka bau karbit. Sementara gas untuk mengelas itu diperoleh dari impor. Informasi inilah yang akhirnya menginspirasi Arief untuk berbisnis gas, tepatnya gas bahan las.
Setelah mengumpulkan modal, Arief memulai bisnisnya itu. Dia sempat meminta restu dari ayahnya untuk melakoni bisnis gas, dan sang ayah mewanti-wanti agar semua risiko bisnis ditanggungnya sendiri. Sementara sang ayah tetap bertahan pada bisnis perdagangan.
Modal dia kumpulkan dengan mengajak teman-temannya untuk berbisnis, juga dari pinjaman bank. Awal-awal pendirian bisnisnya itu, Arief sempat mengalami kesulitan, sampai-sampai teman-temannya itu meminta agar modal dikembalikan.
Namun, seiring waktu berjalan usahanya itu justru berkembang saat dikelolanya sendiri. Arief menyediakan gas untuk sektor mekanik dan medis dengan bekerja sama dengan perusahaan gas industri lain di luar negeri.
Dia mendirikan pabrik yang dinamai Samator, yang merupakan singkatan dari Samarinda-Toraja. Pabrik ini akhirnya berkembang, dari dua hektare menjadi 20 hektare, dan Samator menjadi produsen gas industri dan medis terbesar di Indonesia. Samator Grup juga memiliki pabrik oksigen terbesar di Indonesia.
Samator mengakuisisi PT Aneka Gas Industri Tbk dengan membeli 51 persen sahamnya. Pada 2006, Arief ditunjuk menjadi komisaris utama perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Umum.
Arief meninggal dunia saat pandemi COVID-19, mendiang berpulang akibat paparan COVID-19. Saat pandemi merebak, Arief aktif berkoordinasi dengan banyak rumah sakit di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur terkait pemenuhan kebutuhan oksigen.
Itulah kisah sukses Arief Harsono, pendiri Samator Grup.
(Nadya Kurnia)