Pada 1989, Lo Kheng Hong yang masih berusia 30 tahun, mulai menjajal investasi saham. Percobaan pertama memang gagal, ia membeli saham PT Gajah Surya Multi Finance. Namun demikian, keinginannya untuk investasi tak lantas surut.
Ia justru makin rajin mempelajari dunia pasar modal dengan membaca buku-buku Warren Buffet, maka dari itu tak mengherankan jika gaya dan strategi investasi keduanya begitu mirip, yakni ‘value investing.’
Sebelum membeli UNTR, Lo Kheng Hong banyak menabung. Di samping itu, ia juga menjalankan gaya hidup frugal, alias berhemat dan tidak menghambur-hamburkan uang untuk kebutuhan yang kurang penting.
Pada 1998, seperti yang kita ketahui, terjadi krisis ekonomi di Asia. Dampaknya sampai ke Indonesia, mengakibatkan nilai tukar yang jeblok drastis, memantik inflasi yang meroket, dan membuat banyak menggulung bisnis-bisnis masyarakat.
Nilai tukar saat itu naik dari Rp2.300 per dolar AS menjadi Rp15.000, sementara tingkat inflasi mencapai 78%. IHSG pun tak ketinggalan kena dampak, dari 740 pada Juli 1997, menjadi 274 pada Juli 1998. Sekitar 63% investor mesti merugi.