Maka sejak kecil, Hudi terbiasa untuk turun ke sawah setiap pagi untuk membantu orang tuanya. Dulu saat SMP, Hudi sebenarnya ingin menjadi tentara karena terinspirasi dari kakaknya yang berhasil ke kepolisian.
Sayangnya, Hudi tidak lolos saat mendaftar di sekolah taruna. Saat SMA, dia berupaya untuk mendaftar di fakultas kedokteran di Universitas Airlangga dan Universitas Brawijaya, dan lagi-lagi dia gagal.
“Ke Bogor pertama kali ke 1988, nganter kakak saya yang jadi polisi. Saat itu ditawari teman kakak saya untuk menjadi satpam, ya sudah kalau sudah niat berangkat dari rumah, yang penting punya pekerjaan,” kata Hudi.
Meskipun pekerjaan itu jauh dari impiannya menjadi tentara, Hudi tak masalah dan dengan mudah menerima takdirnya. Ibunya pun mendukungnya. Pada 1998, akhirnya Hudi mulai bekerja sebagai satpam.
Satu tahun kemudian, Hudi mulai terinspirasi untuk kuliah karena melihat para mahasiswa hilir mudik. Hudi yang ingin keluar dari zona nyaman, mencoba untuk mendaftar kuliah di akademi keperawatan swasta di Nganjuk.