Sebelum menjadi sukses, Pak Nur mengaku jika dirinya hanya memiliki niat untuk bisa berangkat haji saja karena pada saat itu ia dan istrinya hanya memiliki tabungan sekitar Rp3 juta, dan uang tersebut disumbangkan kepada anak yatim.
“Saya yakin, kita ini niat daftar haji terlebih dahulu kepada Allah, sebagai bukti kita daftar ya uang tadi kita sedekahkan kepada anak yatim,” ujar Pak Nur.
Tentunya Pak Nur juga melewati masa-masa sulitnya, rintangan demi rintangan ia lewati saat menjalankan usahanya. Pak Nur juga menjelaskan, melalui ikhtiar panjangnya sebagai seorang penjual bubur ia dapat menjalankan usahanya dengan baik. Ia mampu mengembangkan bisnisnya hingga ke kota-kota lain.
Ia menambah gerai dan reseller yang bersedia untuk bergabung dengan bisnisnya. Ia memiliki 50 gerobak bubur saat ini. Begitu bisnisnya berkembang, hasil penjualan Pak Nur pun meningkat, hingga akhirnya ia berhasil membiayai keberangkatan haji berdua dengan istrinya.
Kini, Pak Nur memiliki banyak cabang, berangkat haji bahkan membuka wisata kampung bubur yang berlokasi di Desa Jimbe, Blitar. Kampung Bubur merupakan kampung wisata yang menawarkan wisata edukasi. Tempat wisata ini menjadi salah satu destinasi wisata masyarakat setempat.