Awalnya dia membeli 1 ton lebih telur, kemudian sisa 800 kilogram dia jual sendiri dengan mobil kap, juga di kios kecil yang dibukanya. Popi juga keliling warung-warung untuk menawarkan telur.
Sampai akhirnya 800 kg telur itu habis. Setelah membangun pasar, Popi mulai mendapatkan repeat order. Dari sehari terjual 10-15 kg, lama kelamaan dia bisa menjual ratusan kilo dalam sehari.
Popi juga menghadapi banyak tantangan. Mulai dari harga yang jatuh, telur yang datang dalam keadaan pecah, bahkan bangkrut karena masalah pembayaran yang belum lunas. Awal bisnis telurnya ini merugi dan mencatatkan minus.
Modalnya habis, telurnya pun habis, dia malah terlilit utang. Dengan sisa kontrakan empat bulan, dan bantuan modal dari orang tuanya, Popi bernegosiasi dengan peternak telur dan menggaji karyawan.
Pada bulan keempat setelah memulai ulang bisnis telurnya itu, Popi berhasil. Pada momentum itu, Popi sudah bisa belanja secara tunai. Lama kelamaan dia mampu menjual hingga berton-ton dalam sehari. Dia juga sudah memasok telur untuk restoran-restoran.
Itulah kisah sukses penjual telur yang rela tinggalkan gaji Rp70 juta per bulan.
(Nadya Kurnia)