Pada 1934, Sedyatmo berhasil memperoleh gelar insinyur dan setelah itu ia memilih balik ke daerah asalnya untuk bekerja sebagai insinyur perencanaan di berbagai instansi pemerintah disana.
Kala itu ia dijuluki 'Si Kancil' lantaran memiliki gagasan yang inovatif dan juga etos kerja yang tinggi. Bahkan ia mampu menemukan sistem pondasi cakar ayam untuk sebuah konstruksi.
Berkat hal tersebut, penemuannya diakui oleh 11 negara internasional. Konsep dan sistem yang diberi nama cakar ayam ini hanya disusun dari pelat beton bertulang tipis dengan buis-buis beton bertulang yang dipasang vertikal dan disatukan secara monolit menggunakan pelat beton dengan jarak 200-250 cm.
Diketahui jika sistem pondasi cakar ayam milik Profesor Sedyatmo sudah banyak diterapkan pada pembangunan jalan raya, jalan kereta api, landasan pelabuhan udara, hingga bangunan tinggi di perkotaan.
Keunggulan dari pondasi cakar ayam ini adalah mampu mengurangi biaya material dan waktu pengerjaan. Selain pondasi cakar ayam miliknya, ia juga pernah menciptakan karya berupa jembatan air wiroko di Wonogiri.