“Akses internet memungkinkan masyarakat desa untuk menggunakan WhatsApp, Facebook dan Instagram. Dengan begitu, para perajin bisa mempromosikan produk buatannya sendiri ke masyarakat yang lebih luas. Hingga saat ini, pesanan terhadap produk buatan kami juga terus berdatangan,” kata Sugiman.
Kendati demikian, buah manis dari bisnis digital belum dirasakan secara luas oleh banyak pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di pelosok negeri.
Bank Indonesia memperkirakan nilai transaksi perdagangan digital (eCommerce) sampai akhir tahun ini mencapai Rp395 triliun atau tumbuh 48,4% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sayangnya, dari peningkatan transaksi yang signifikan itu, partisipasi produk UMKM sangat minim, hanya berkisar di angka 6-7%. Selebihnya, barang yang dijual di beragam marketplace dalam negeri berasal dari produk impor. (TYO)