Yoyok sendiri tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang kuliner. Sebaliknya, ia justru sempat mengenyam pendidikan di Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM). Yoyok yang saat itu khawatir tidak lulus dari kuliah pun akhirnya memberanikan diri banting setir membangun bisnis kuliner dengan bekal passionnya dalam memasak.
Usaha pertamanya adalah membangun warung tenda di pinggir Jalan Kaliurang dengan menu andalannya yakni sambal pedas. Warung ini pun ia namakan Waroeng Spesial Sambal (SS). Sajian sambal pedas dipilihnya lantaran Yoyok merasa bahwa menu sambal sangat cocok dengan selera warga Yogyakarta yang memang menggemari sambal bercita rasa pedas manis.
Dengan modal awal hanya sebesar Rp9 juta dan dibantu oleh 5 orang karyawan, Yoyok pun merintis bisnis kuliner Waroeng SS pada 20 Agustus 2002. Uang tersebut diperolehnya dari uang tabungan sebesar Rp3 juta dan uang pinjaman dari sepupunya sebesar Rp6 juta.
Tak butuh waktu lama, warung tenda dagangannya itu pun langsung laris manis dan digemari. Warungnya menjadi warung favorit yang kerap dikunjungi oleh penggemar kuliner pedas dan pecinta sambal. Hanya butuh waktu satu setengah tahun hingga Yoyok berhasil meraup omzet mencapai Rp30 juta per bulan.
Yoyok pun terus melakukan strategi agar warung kulinernya terus memperoleh keuntungan maksimal tanpa harus menaikkan harga. Yoyok pun kerap menggunakan bahan baku pilihan dengan kualitas yang baik tapi memiliki harga yang murah serta menghemat bahan bakar.