Perjuangan Mariani patut diapresiasi. Jatuh bangun demi bisa mempertahankan usahanya yang dihantam pandemi Covid-19. Sejak awal pandemi melanda, dia sudah merasakan dampaknya, namun hal itu tidak membuatnya patah arang.
Sebelum adanya pandemi, usaha Mariani tergolong sukses, setiap bulannya dia bisa meraup untung sampai dengan Rp 25 juta perbulan dari penjualan souvenir, kerajinan tangan, kaos, dan kain batik produksinya sendiri.
Namun sejak pandemi melanda, omset dari usaha yang sudah digelutinya sejak 2012 itu mulai menurun drastis sampai dengan 90 persen. Mariani kemudian beralih ke pembuatan masker untuk bisa bertahan demi menghidupi keluarga dan 12 orang karyawannya.
Sejak Mei 2020 dia beralih dengan membuat masker kain. Meski dari 12 orang karyawan tinggal tersisa empat orang saja karena beberapa orang karyawan yang membuat kerajinan, batik, kaos, serta beberapa bidang lain terpaksa harus dirumahkan.
Dia kemudian memproduksi masker kain dengan berbagai macam model yang saat itu banyak dicari orang. Dengan dibantu beberapa karyawannya, dia mulai memproduksi masker dan menjualnya dengan bantuan pedagang asongan.