Mengembangkan Metode Iqro
As’ad yang merasa metode Qiroati masih perlu dikembangkan lagi akhirnya menyampaikan secara langsung kepada K.H. Dahlan. Namun, K.H. Dahlan menolaknya. Ia merasa bahwa metode Qiroati sudah baku dan tidak bisa dicampur dengan metode yang lain.
Terjadi ketegangan antara keduanya hingga mengharuskan salah satu anggota dari Departemen Agama, Fathudin harus turun tangan menyelesaikannya. Ketegangan pun mereda.
As’ad kemudian mengembangkan metode Iqro. Pada mulanya, metode belajar membaca Alquran yang populer digunakan selain Qiroati adalah metode Qawaid Al-Baghdadiyah, yakni belajar membaca dengan cara dieja. Namun, bagi As’ad metode ini cukup rumit.
As’ad kemudian membuat metode baca yang lebih mudah dipahami yakni dengan sistem suku kata. Dari yang pendek kemudian dilanjutkan ke tingkat yang lebih panjang, dari satu dua huruf kemudian berlanjut ke tiga huruf dan seterusnya sehingga memudahkan anak-anak dalam belajar membaca Alquran. Contohnya, ba-ba, ta-ta, sa-sa, ja-ja, dan sebagainya. Metode ini adalah metode Iqro yang dibuatnya dalam enam jilid.
Mendirikan TKA dan TPA
Di tengah kesibukannya mengajar para santri, As’ad juga mendirikan Taman Kanak-kanak Alquran (TKA) dan Taman Pendidikan Alquran (TPA) di Kampung Selokraman, Kotagede, Yogyakarta pada tahun 1988. TKA dan TPA ini ditujukkan untuk tempat belajar Alquran bagi anak-anak usia 7-12 tahun.