Setelah 5 tahun atau ditahun 2006, dia sempat berhenti menanam. Bibit pertama kali bibeli di Jambi, "Beli Jambi itu, masih beli polong. Tapi yang skrg Tanaman saat itu sudah dibongkar, Kalau sekarang sudah baru dan bibitnya dari Medan," ungkapnya.
Pak Suyitno juga menerangkan, pada saat itu belum ada warga setempat yang menanam pohon sawit.
"Dikira saya orang tolol, alangkah tololnya bikin kebun sawit," katanya. Alasannya karena disana rata rata mereka penduduk setempat mayoritas menanam pohon kopi dan pohon lada.
Tetapi setelah 5 tahun dari saya menanam, dan mengahasilkan, di tahun 2006 masyarakat setempat sudah mulai mengikuti beliau menanam pohon sawit.
Pertama kali penjualan buah sawit hasil panennya dijual dan dikirim ke daerah Bekri selama dua setengah tahun. Sempat ke daerah Kalirejo juga serta PT. Aman Jaya.
Pada masa itu dia mengatakan, harga pertama buah sawit hasil panen yang dia jual masih Rp300 harga di areal perkebunan. Sedangkan di PT sudah mencapai Rp500 sampai 600.
Beliau berpesan buat yang sedang memulai dan mencoba menanam pohon sawit, agar membeli bibit yang bagus kwalitasnya. Menurutnya harga mahal tidak menjadi persoalan asal bibitnya bagus.
"Aku pesan buat yang baru mau menanam sawit, jangan cari bibit yang murah"tuturnya. Suyitno setelah 20 tahun sukses menjadi petani kebun sawit, berharap dan akan terus menanam pohon sawit sampai kapanpun.
"Setelah 20 tahun, saya melihat didaerah saya sekarang sudah 90 persen perkebunan sudah pohon sawit," tutupnya.
(SAN)