Dari seluruh barang bekas declutter yang diunggahnya itu, hampir semuanya terjual. Padahal foto yang dipakainya di katalog bukanlah foto-foto Instagramable yang 'menjual'. Tahun pertama membuka toko barang bekas, Lambert mengantongi penjualan USD14.000.
Dikurangi modal USD5.300 untuk membeli barang-barang bekas dari orang lain, total laba bersih yang diperolehnya mencapai USD8.700 dalam satu tahun, total produk yang diunggahnya di situs jual beli mencapai 784 item, terjual 474 barang.
Lambert mulai membeli barang bekas dari tempat lain setelah barang bekas pribadinya habis terjual. Ada kalanya Lambert mengambil keputusan yang salah saat menjalani bisnis ini, yakni belanja barang dengan harga mahal tanpa komparasi harga di pasar.
Namun pada akhirnya Lambert mulai mengerti strategi-strategi perbandingan harga untuk memperoleh keuntungan maksimal. Barang bekas yang dibelinya berharga murah, sekitar USD2 saja dari harga USD350, lalu dijualnya di harga USD60-an.
Meskipun bisnis sampingan ini menguntungkan, Lambert menegaskan side hustle ini bukan bertujuan untuk mengubahnya menjadi jutawan, karena laba bersih yang dihasilkannya juga masih berada di bawah rata-rata upah minimum di negaranya.
“Tetapi fleksibilitasnya sangat sesuai dengan ritme kehidupan saya. Saat anak-anak di sekolah, di sela-sela pekerjaan saya bisa mengurus bisnis sampingan ini,” tuturnya.
Itulah cerita wanita yang menghasilkan ratusan juta dari bisnis barang bekas.
(Nadya Kurnia)