4. Sektor Properti dan Konstruksi
Meski bukan sektor baru, saham properti dan konstruksi bisa sangat volatile, terutama saat ada isu suku bunga atau stimulus pemerintah. Contohnya saham WIKA, ADHI, dan PTPP.
5. Sektor Perdagangan dan Distribusi
Perusahaan perdagangan besar seperti AKRA dan RANC kerap mengalami perubahan harga yang tajam, terutama karena ketergantungan pada harga minyak dan logistik.
6. Sektor Transportasi dan Logistik
Maskapai seperti GIAA (Garuda Indonesia) atau perusahaan pelayaran seperti ASSA dan WEHA memiliki pergerakan harga tinggi akibat harga BBM, pergerakan dolar AS, dan kondisi global (seperti pandemi atau konflik).
7. Sektor Pertambangan
Selain batu bara, sektor tambang nikel, emas, dan tembaga seperti ANTM, INCO, dan MDKA juga sangat volatile karena terkait erat dengan harga komoditas dunia.
8. Sektor Konsumer Tersier
Sektor ini termasuk saham-saham gaya hidup dan ritel modern seperti MAPA, ACES, dan ERAA. Pergerakan harga bisa sangat dinamis tergantung tren konsumsi masyarakat dan daya beli.
Volatilitas bukan hanya soal risiko ini juga tentang peluang. Bagi trader aktif atau investor dengan toleransi risiko tinggi, sektor-sektor di atas bisa memberikan potensi profit tinggi. Namun, tetap penting untuk melakukan riset, manajemen risiko, dan tidak hanya ikut-ikutan tren.
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
(Shifa Nurhaliza Putri)