"Bahkan kita selalu me-review dengan suku bunga yang tinggi, komposisi pendanaan yang sangat tepat untuk Adaro itu seperti apa selalu kita kaji waktu ke waktu," ungkap dia.
Dia mengungkapkan, ADRO masih mencatat pertumbuhan 11% pada volume penjualan menjadi 49,12 juta ton, dengan pendapatan turun 16% menjadi USD4.981 juta. Hal ini disebabkan penurunan 25% pada harga jual rata-rata (ASP).
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Garibaldi Thohir mengatakan, walaupun menghadapi penurunan harga dan tekanan biaya karena inflasi, model bisnis ADRO yang terintegrasi tetap berkinerja baik.
"Kami berada di posisi yang baik untuk mencapai target FY23 berkat dukungan eksekusi yang baik di setiap bisnis. Kami juga berada di tempat yang tepat untuk ambil bagian pada inisiatif hilirisasi Indonesia, yang menekankan komitmen kami terhadap pertumbuhan berkelanjutan di jangka panjang," jelas Boy Thohir.