Di samping itu, beban usaha pada periode sembilan bulan pertama tahun ini naik 83% menjadi USD48,4 juta atau Rp769,07 miliar karena kenaikan signifikan pada penyisihan untuk biaya pemerintah. Adapun, biaya penjualan dan pemasaran pada naik 55% menjadi USD8,2 juta atau Rp130,29 miliar seiring kenaikan volume penjualan, serta biaya karyawan yang juga naik 86% menjadi USD5,7 juta atau Rp90,57 miliar karena peningkatan jumlah karyawan untuk menunjang ekspansi.
Untuk menggenjot kinerja perseroan, Ariano menyampaikan bahwa konstruksi smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya terus menunjukkan kemajuan yang baik. Proyek ini diharapkan akan rampung pada kuartal III tahun 2025 mendatang.
“Ini merupakan peristiwa penting dalam upaya kami untuk mendukung inisiatif hilirisasi Indonesia di kawasan industri hijau di Kalimantan Utara,” ujar Ariano.
(SAN)