Seperti tahun-tahun sebelumnya, sejak penerbitan pinjaman sindikasi yang pertama, lanjut Dewa Made, perseroan akan melakukan lindung nilai penuh (fully hedged) atas fasilitas ini untuk memitigasi risiko mata uang (currency risk) dan suku bunga (interest rate risk).
Ia menyebut, kepercayaan investor terhadap perseroan tetap kuat. Hal itu terlihat dari penerbitan pinjaman sindikasi ini yang mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sekitar 3,2 kali dari rencana awal. Selain itu, fasilitas ini telah berhasil menarik minat para investor asing yang sebagian besar berasal dari Singapura, Taiwan dan Jepang.
“Kami akan terus mendiversifikasi sumber pendanaan sebagai bagian dari strategi mendanai pertumbuhan bisnis,” imbuh Dewa Made.
Lebih lanjut, saat ini pinjaman perseroan berasal dari bank (baik bank dalam negeri maupun luar negeri) dan pasar modal (obligasi lokal dan sukuk mudharabah), masing-masing sebesar 48% dan 52%. Dengan gearing ratio sebesar 1,0 kali yang jauh di bawah ketentuan regulasi sebesar 10 kali, ADMF memiliki ruang gerak yang luas dalam mencari pendanaan untuk pertumbuhan bisnis ke depannya.
(FRI)