sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Aksi Jual Picu IHSG Rontok, Bagaimana Peluang Bursa Saham Pasca-Lebaran?

Market news editor Dinar Fitra Maghiszha
10/05/2022 08:40 WIB
Tekanan jual yang terjadi di pasar modal membuat IHSG anjlok 4,42%.
Aksi Jual Picu IHSG Rontok, Bagaimana Peluang Bursa Saham Pasca-Lebaran? (Dok.MNC)
Aksi Jual Picu IHSG Rontok, Bagaimana Peluang Bursa Saham Pasca-Lebaran? (Dok.MNC)

IDXChannel - Tekanan jual yang terjadi di pasar modal membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok -4,42% di 6.909,75 pada sesi penutupan perdagangan kemarin Senin (9/5). Sejumlah sentimen baik domestik hingga mancanegara menjadi katalis pendorong.

Financial Expert PT Ajaib Sekuritas Asia, Chisty Maryani, mengatakan performa pasar saham dalam negeri cukup positif sejak awal tahun. Menurutnya, terdapat katalis pendukung yang membuat IHSG dapat kembali memacu kenaikannya, kendati penutupan kemarin harus terlepas dari level psikologis 7.000an.

"Banyak saham - saham big caps yang bergerak rally menjelang libur lebaran kemarin, meskipun koreksi tersebut bersifat sementara karena tekanan jual dari beberapa saham yang sudah naik sebelum libur lebaran dimulai," kata Chisty saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), dikutip Selasa (10/5/2022).

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,01% yoy pada kuartal pertama tahun 2022. Sejumlah fundamental ekonomi dalam negeri dinilai dapat menyuntik optimisme investor.

"Data ekonomi dalam negeri yang telah rilis dan menunjukan Indonesia sedang dalam tren pemulihan ekonomi yang solid dan positif, tercermin dari realisasi indikator makro ekonomi yang rilis positif," ungkap Chisty, sembari mengutip laporan S&P Global yang menyebut bahwa PMI Index Indonesia pada April 2022 tumbuh di level 51,9.

Terkait aksi jual investor asing yang cukup masif dalam beberapa waktu terakhir, Chisty membaca masih ada potensi yang besar bagi investor asing dapat masuk kembali.

Menurut Chisty, kondisi manufaktur yang pulih mampu mendorong penyerapan tenaga kerja baru dan memicu pertumbuhan daya beli. Kinerja ekspor dalam negeri -meskipun CPO masih dilarang- dinilai masih cukup solid yang ditopang dari kenaikan harga komoditas.

"Kita diuntungkan karena termasuk salah satu negara dengan porsi ekspor komoditas yang besar. Sehingga tidak heran bahwa hal tersebut turut mendorong daya tarik yang kuat untuk investor asing berinvestasi di pasar saham dalam negeri," ungkapnya.

Di sisi lain, Chisty merasa ada sentimen penghambat laju indeks yang berasal dari tekanan eksternal, mengingat baru-baru ini Federal Reserve Amerika Serikat menaikkan suku bunga setengah poin demi meredam gejolak inflasi.

Kenaikan suku bunga memicu kenaikan yield di pasar obligasi, emas dan dolar, yang pada akhirnya menjadi ancaman bagi aset berisiko seperti saham.

"Selain itu, sentimen penghambat juga berasal dari China yang melakukan pembatasan aktivitas (lockdown) di mana hal ini ke depannya dapat berpotensi mempengaruhi kinerja ekspor kita, mengingat China salah satu negara tujuan ekspor," tukasnya.

(IND) 

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement