Penjualan Angkasa Buana dilakukan di tengah proses negosiasi antara PT Investasi Gemilang Maju (IGM) selaku pemilik tak langsung dengan PT Hexa Prima Nusantara (HPN). Jika negosiasi ini berhasil, maka HPN yang dimiliki oleh Halim Suwandi akan menjadi pemilik baru FUTR.
Calon pemilik baru, kata Martha, berencana melebarkan sayap bisnisnya ke bidang media digital dan periklanan. HPN juga tidak memiliki rencana delisting untuk menjadi perusahaan tertutup atau membubarkan FUTR pasca akuisisi. Dengan demikian, prosedur Mandatory Tender Offer (MTO) untuk menyerap sisa saham akan tetap dilakukan pemilik baru.
Nama Angkasa Buana sendiri baru muncul dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada Juni 2024. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, pada 20 Juni, DGF melepas 212 juta sahamnya kepada Angkasa Buana.
Dengan transaksi tersebut, porsi saham DGF di FUTR berkurang dari 54,54 persen menjadi 51,22 persen. Adapun porsi saham Angkasa Buana di FUTR yang sebelumnya 4,35 persen meningkat menjadi 7,67 persen. Dengan porsi kepemilikan kembali di bawah 5 persen, maka transaksi jual beli Angkasa Buana di saham FUTR tak wajib dilaporkan.
Berdasarkan, harga saham FUTR melesat hampir tiga kali lipat dari Rp17 menjadi Rp63 per saham. Nilai kapitalisasi pasar perusahaan yang dimiliki Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid, Adhi M. Massardi itu pun ikut terkerek naik menjadi lebih dari Rp400 miliar.
(Rahmat Fiansyah)