sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Aroma Cuan Saham Rokok, GGRM-HMSP Cs Terbang Belasan Persen

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
22/09/2025 11:46 WIB
Di tengah sorotan pemerintah soal cukai tembakau yang tinggi, laju saham sektor ini justru makin kencang dan mencuri perhatian investor.
Aroma Cuan Saham Rokok, GGRM-HMSP Cs Terbang Belasan Persen. (Foto: Freepik)
Aroma Cuan Saham Rokok, GGRM-HMSP Cs Terbang Belasan Persen. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham emiten rokok kembali ‘ngebul’ di lantai bursa pada Senin (22/9/2025). Di tengah sorotan pemerintah soal cukai tembakau yang tinggi, laju saham sektor ini terbilang makin kencang dan mencuri perhatian investor.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 11.32 WIB, saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) melonjak 14,50 persen ke harga Rp750 per unit. Dalam sepekan, saham HMSP sudah naik 35 persen.

Saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga melesat 15,83 persen ke Rp12.625 per unit. Saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) turut menguat 12,00 persen.

Tak ketinggalan, saham produsen tembakau PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) terbang 15,48 persen. Dalam sepekan, saham GGRM naik 26 persen, WIIM 35 persen, dan ITIC bahkan mencapai 47 persen.

Target Teknikal

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menyoroti masalah utama yang selama ini membayangi saham-saham rokok. “Problem dari saham rokok selama ini adalah besarnya cukai dan rokok ilegal yang beredar,” katanya, Rabu (17/8/2025) lalu.

Ia menambahkan, “Jika ini dibereskan oleh Menteri Keuangan yang baru, tentunya akan memberikan angin segar bagi emiten ini.”

Michael juga memaparkan pola teknikal pada dua saham rokok besar.

“HMSP memiliki pola double bottom yang akan terkonfirmasi jika melewati angka 675, dengan target ke 800,” ujar Michael.

Sedangkan untuk GGRM, ia menegaskan, “Saham ini sudah terkonfirmasi dengan neckline 10.650, target ke 13.000.”

Analisis CGSI soal HMSP

Analis lainnya melihat peluang positif bagi HMSP seiring indikasi kenaikan tarif cukai rokok yang lebih rendah pada 2026.

Dalam riset yang terbit 15 September 2025, CGS International Sekuritas Indonesia (CGSI) menilai kebijakan fiskal baru ini dapat menjadi katalis pemulihan laba HMSP.

Mengacu pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026, pemerintah menargetkan kenaikan penerimaan cukai Rp13 triliun atau 6 persen secara tahunan.

Dari jumlah itu, Rp3 triliun hingga Rp6 triliun dialokasikan untuk penerapan cukai minuman berpemanis.

Dengan porsi tersebut, kata CGSI, tarif cukai rokok diperkirakan hanya perlu naik 3–5 persen pada 2026, jauh lebih rendah dari rata-rata kenaikan 9 persen dalam lima tahun terakhir.

CGSI mencatat, wacana penurunan tarif cukai rokok juga mendapat sambutan positif dari Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa. Dukungan ini meningkatkan peluang terciptanya rezim cukai yang lebih longgar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Di sisi kinerja, CGSI memproyeksikan laba bersih HMSP berpotensi pulih 16 persen pada 2026 setelah mengantisipasi beban pajak satu kali (one-off) di 2025.

Proyeksi ini mengasumsikan kenaikan tarif cukai 5 persen dan penyesuaian harga jual (ASP) 3 persen. Menurut CGSI, setiap penurunan tarif cukai 1 persen dapat mendongkrak laba bersih HMSP hingga 8 persen. Sebaliknya, setiap kenaikan ASP 1 persen berpotensi menaikkan laba bersih 12 persen pada 2026.

CGSI juga memperkirakan program subsidi pemerintah yang lebih agresif pada paruh kedua 2025 akan menopang daya beli masyarakat. Kondisi ini memberi ruang bagi HMSP untuk melakukan penyesuaian harga yang lebih efektif.

Melihat prospek tersebut, CGSI menaikkan rekomendasi HMSP menjadi “Add” dengan target harga Rp620 per saham, berbasis valuasi 11 kali price-to earnings (P/E) ratio 2026, lebih tinggi dari sebelumnya 10 kali P/E. Valuasi saat ini disebut menarik karena berada di kisaran -2 standar deviasi dari rata-rata lima tahun terakhir.

Dalam kamus CGSI, rekomendasi “Add” berarti saham tersebut diperkirakan akan memberikan imbal hasil total lebih dari 10 persen dalam 12 bulan ke depan.

Namun, CGSI tetap mengingatkan potensi risiko seperti penjualan rokok yang lebih lemah dari perkiraan atau maraknya peredaran rokok ilegal yang dapat menekan kinerja HMSP. Meski demikian, momentum harga saham HMSP diperkirakan tetap solid hingga pengumuman resmi tarif cukai pada kuartal IV-2025.

Pernyataan Purbaya

Diberitakan sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa buka suara soal kebijakan cukai rokok yang berlaku saat ini. Dia juga menyoroti dampak tingginya cukai yang berpengaruh pada PHK di industri rokok dan maraknya rokok ilegal.

Purbaya mempersoalkan kebijakan cukai rokok yang selama ini mementingkan pendapatan negara dan kesehatan. Namun, minim memperhatikan dampak sosialnya.

"Ada cara mengambil kebijakan yang agak aneh untuk saya, saya tanya kan cukai rokok bagaimana? Sekarang berapa rata-rata? 57 persen? Tinggi amat," kata Purbaya saat ditemui awak media di kantornya, Jakarta, Jumat (19/9/2025).

Menurut Purbaya, menaikkan tarif bukan satu-satunya solusi untuk mendongkrak pendapatan. Dia menilai, tarif yang terlalu tinggi bisa "membunuh" industri dan berdampak negatif pada tenaga kerja.

Purbaya menegaskan dirinya tidak setuju dengan kebijakan yang didesain untuk "membunuh" industri tanpa adanya program mitigasi bagi pekerja yang kehilangan pekerjaan.

Purbaya juga sebelumnya mengungkapkan bahwa pemerintah tengah mengkaji dugaan praktik penyimpangan dan pemalsuan dalam pungutan cukai rokok.

Dia menyebutkan, proses pendalaman masih berlangsung sehingga kesimpulan belum dapat diambil.

“Nanti saya lihat lagi, saya belum menganalisis mendalam, seperti apa sih cukai rokok itu, katanya ada yang main-main, di mana main-mainnya?” kata Purbaya usai rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto, di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (15/9/2025) lalu.

Ia mengaku masih mendalami potensi penerimaan negara dari perbaikan sistem cukai, khususnya bila kebocoran seperti cukai palsu dapat diberantas.

“Misalnya, kalau saya bisa beresin, saya bisa hilangin cukai-cukai palsu, berapa pendapatannya. Dari situ kan saya bergerak ke depan seperti apa,” kata dia.

Menurutnya, arah kebijakan lanjutan akan bergantung pada hasil studi dan analisis lapangan. “Tergantung hasil studi dan analisa yang kita dapat dari lapangan,” tutur dia.

Sebelumnya, Komisi XI DPR RI menggelar rapat kerja bersama Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk membahas perkembangan ekonomi terkini dan strategi kebijakan fiskal ke depan.

Dalam pembahasan disebutkan rencana intensifikasi penerimaan termasuk yang berasal dari Cukai Hasil Tembakau (CHT) pada 2026 yang tertuang dalam dokumen Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026.

Menanggapi paparan Menteri Keuangan terkait CHT, Anggota Komisi XI DPR RI Harris Turino menyoroti pemberitaan mengenai kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan rokok besar, termasuk adanya kabar bahwa Gudang Garam telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap ratusan karyawannya.

“Berita tentang sulitnya pabrik-pabrik rokok besar, kita harus telusuri benarkah memang Gudang Garam kemudian lay off ratusan karyawannya. Ini ditelusuri, tapi paling tidak akan kelihatan bahwa pabrik-pabrik rokok besar kesulitan,” kata Harris Turino, Jumat (12/9/2025).

Harris menekankan bahwa jika cukai rokok dinaikkan secara agresif pada tahun 2026 mendatang, maka industri rokok dengan produk Sigaret Kretek Mesin (SKM) akan semakin tertekan, bahkan kesulitan untuk menutup biaya produksinya.

“Kalau terjadi kenaikan cukai di tahun depan, apalagi kalau kenaikannya sifatnya adalah agresif maka menyulitkan.

Banyak pihak yang sudah memberikan masukan bahwa untuk seribu perak harga rokok, 760 itu cukai kalau yang mesin. Sehingga kalau dinaikkan 10 persen, berarti dari seribu, 760 menjadi 840. Tidak ada lagi ruang bagi perusahaan-perusahaan sigaret kretek mesin untuk sekadar menutup biaya produksinya,” ujarnya. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4 5 6 7 8
Advertisement
Advertisement