Namun, pemerintah AS di bawah kepemimpinan presiden Joe Biden diperkirakan enggan menjatuhkan sanksi sekunder, karena khawatir langkah tersebut dapat memperumit hubungan dengan importir minyak Rusia, seperti China dan India.
“Saya pikir Presiden membutuhkan otoritas baru dari Kongres untuk memberlakukan batas harga pada siapa saja yang membeli minyak dari Rusia dengan harga di atas batas yang telah ditetapkan atau dalam volume yang meningkat secara signifikan," ujar Senator Republik, Pat Toomey, dalam laporan tersebut.
Salah satu pejabat Kementerian Keuangan A.S, Eizabeth Rosenberg, mengatakan bahwa pembatasan harga merupakan alat yang ampuh untuk memukul Rusia dan menstabilkan kembali harga energi di level internasional.
“Batas harga yang kami yakini akan memiliki efek yang kuat dalam melakukan beberapa hal, tentu saja dalam contoh pertama menolak pendapatan Rusia untuk mendanai perangnya," ujar Rosenberg.
Departemen Keuangan AS telah mengatakan bahwa siapa pun yang memalsukan dokumentasi atau menyembunyikan asal atau harga minyak Rusia akan menghadapi konsekuensi di bawah hukum yurisdiksi domestik.
Sementara itu, kelompok negara G7 mengumumkan rencana pembatasan harga untuk membatasi pendapatan ekspor minyak Rusia yang menguntungkan setelah invasi. Beberapa negara telah melarang impor minyak mentah dan bahan bakar Rusia. (TSA)
Penulis: Bayu Rama