Meski demikian, perseroan memiliki saldo laba yang belum dicadangkan senilai Rp21,68 triliun, dengan jumlah kas dan setara kas yang mencapai Rp1,61 triliun pada akhir 2022.
Sampai saat ini, sepertiga tanaman AALI yang menghasilkan memiliki usia lebih dari 20 tahun. Agenda replanting menjadi inisiatif perseroan.
"Dari waktu ke waktu, kita melakukan evaluasi lebih menguntungkan mana apakah di-replanting atau masih tetap dijaga, karena ketinggian usia pohon, cost untuk panen akan berpengaruh," terang Presiden Direktur AALI, Santosa.
Santosa juga mempertegas perseroan belum memiliki agenda untuk melakukan akuisisi lahan perkebunan sawit baru. Per Desember 2022, mayoritas lahan perkebunan AALI berada di Kalimantan sebesar 130,8 ribu hektare, atau setara 45,6% dari total lahan perseroan.
Adapun lahan di Sumatra mencapai 105,3 ribu hektare (36,7%), sedangkan di Sulawesi sebesar 50,9 hektare (17,7%). Dari sisi produk, 74,8% kebun menghasilkan inti sawit, sedangkan 25,2% adalah plasma.
(FRI)