sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Awal Desember Penuh Tantangan, IHSG Dibayangi Sentimen Domestik hingga Eksternal

Market news editor Anggie Ariesta
01/12/2025 10:15 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memasuki pekan pertama Desember 2025 dengan potensi tekanan dari kombinasi sentimen domestik dan eksternal.
Awal Desember Penuh Tantangan, IHSG Dibayangi Sentimen Domestik hingga Eksternal (Foto: dok Freepik)
Awal Desember Penuh Tantangan, IHSG Dibayangi Sentimen Domestik hingga Eksternal (Foto: dok Freepik)

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memasuki pekan pertama Desember 2025 dengan potensi tekanan dari kombinasi sentimen domestik dan eksternal. 

Meski secara musiman ditopang oleh stimulus konsumsi Natal dan Tahun Baru (Nataru), pasar tetap menghadapi risiko melemahnya fundamental akibat gangguan pasokan komoditas serta tekanan jual dari investor asing.

Pada perdagangan 24-28 November 2025, IHSG mencatat performa solid di level 8.508,71, atau menguat 1,12 persen dibandingkan pekan sebelumnya, didorong lonjakan volume transaksi harian. Namun, sejumlah indikator risiko mulai membayangi konsistensi reli indeks pada awal Desember.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Iman Gunadi menilai, optimisme pasar menjelang akhir tahun berpotensi tertahan oleh faktor domestik. 

Banjir yang melanda sejumlah sentra perkebunan di Sumatera diperkirakan mengganggu pasokan serta jalur logistik komoditas, sehingga dapat memicu kenaikan inflasi volatile food dan mengurangi ruang kebijakan Bank Indonesia (BI).

“Gangguan distribusi akibat banjir bisa menekan stabilitas harga komoditas pangan. Ini menjadi tantangan bagi BI dalam menjaga keseimbangan antara stabilitas inflasi dan pertumbuhan,” ujar Iman dalam risetnya, Senin (1/12/2025).

Sementara itu, tekanan jual dari investor asing semakin terasa. Sepanjang pekan terakhir, pasar mencatat net outflow asing sebesar Rp765 miliar, menandakan investor global masih bersikap berhati-hati di tengah ketidakpastian domestik.

“Meskipun IHSG menguat, capital outflow asing yang besar ini menjadi sinyal peringatan. Investor global masih wait and see terhadap stabilitas domestik kita,” lanjutnya.

Meskipun demikian, pergerakan net foreign value didominasi oleh net buy tinggi pada lima saham yakni BRMS (Rp4,426 triliun), BMRI (Rp3,209 triliun), PTRO (Rp969,2 miliar), BREN (Rp6,83 triliun), dan RAJA (Rp1,189 triliun) yang mayoritas didorong oleh sentimen positif dari hasil rebalancing indeks MSCI yang berlaku efektif pada 25 November 2025.

Sentimen pasar global didominasi oleh harapan pivot kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed). Fokus utama global adalah data inflasi kunci AS yang rilis pada akhir pekan, yaitu PCE Price Index (MoM & YoY) dan Core PCE Price Index (MoM & YoY). 

Konsensus memperkirakan Core PCE Price Index YoY melambat sesuai konsensus 2,8 persen, yang akan mendukung pandangan dovish The Fed.

Selain itu, rilis ISM Manufacturing PMI di awal pekan juga akan dipantau. Angka di bawah konsensus 48,6 akan menjadi sinyal kuat kontraksi sektor industri AS, memperkuat pandangan bahwa kebijakan moneter ketat mulai berdampak signifikan.

Dalam konteks domestik, stabilitas sangat penting sebagai daya tarik inflow. Dua indikator kunci yang wajib dipantau adalah Balance of Trade (Neraca Perdagangan) dan inflasi.

IPOT memproyeksikan pasar domestik akan diuntungkan oleh Window Dressing dan stimulus Nataru. Peningkatan likuiditas dan konsumsi yang didorong oleh stimulus belanja pemerintah, pencairan THR, dan penyaluran bansos secara tradisional menciptakan narasi positif bagi saham-saham berbasis Konsumsi (Consumer Goods) dan ritel.

Merespons dinamika pasar ini, IPOT, yang kini bertransformasi menjadi Wealth Creation Platform, merekomendasikan strategi investasi pada saham-saham yang tertopang sentimen Nataru dengan Booster Modal dan instrumen obligasi, yang kesemuanya dapat dikelola dengan fitur Multi-Account dan Shared Access.

Berikut Rekomendasi saham dan obligasi pilihan:

  1. Buy MYOR: Direkomendasikan sebagai emiten defensif-konsumsi yang diuntungkan dari agenda Nataru domestik. Kenaikan disposable income masyarakat menjelang akhir tahun akan secara langsung meningkatkan volume penjualan. (Entry: 2.180, Target: 2.300, Stop Loss: 2.120).
  2. Buy on Pullback SSIA: Dengan eksposur di sektor kawasan industri (Subang Smartpolitan), SSIA diprediksi menerima manfaat langsung dari peningkatan Foreign Direct Investment (FDI) seiring dorongan sentimen risk-on global. (Entry: 1.820-1.865, Target: 2.000, Stop Loss: 1.770).
  3. Buy on Pullback INET: Rekomendasi didasarkan pada potensi re-rating sektor teknologi dan telekomunikasi pasca-reaksi dovish The Fed. Sebagai emiten infrastruktur digital, INET diuntungkan oleh penurunan risk-free rate global yang membuat valuasi forward-looking aset teknologi menjadi lebih menarik. (Entry: 670, Target: 745, Stop Loss: 640).
  4. Buy Obligasi FR0100: Rekomendasi ini memanfaatkan ekspektasi penurunan yield domestik seiring meredanya tekanan suku bunga global. Inflow dana asing ke pasar obligasi Emerging Markets akibat potensi pemangkasan suku bunga The Fed akan menekan yield FR0100 (harga obligasi naik), menawarkan potensi capital gain atraktif.

(DESI ANGRIANI)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement