“Risiko slow moving memang ada, namun kami sebisa mungkin melakukan mitigasi dengan selalu meningkatkan proses Research & Development,” kata Reinald menjawab penjelasan bursa, Senin (6/1/2024).
Menurutnya, kenaikan saldo persediaan ini bertujuan untuk mendukung proses produksi yang terus dilakukan. Salah satu langkah strategis yang diambil COCO adalah mengasuransikan persediaan dengan nilai pertanggungan sebesar Rp61 miliar.
Dengan langkah ini, manajemen optimistis potensi kerugian akibat kerusakan fisik atau bencana alam dapat diminimalkan.
“Perseroan berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas persediaan yang dipertanggungkan,” tutur Reinald.
Hingga September 2024, COCO masih mengalami rugi Rp40,4 miliar, membengkak dari periode sama tahun lalu senilai Rp14,7 miliar.
Ini terjadi seiring peningkatan bahan baku, ditambah penjualan yang merosot menjadi Rp120,14 miliar, dari Rp138,37 miliar.
(DESI ANGRIANI)