Beban Emiten Rokok di Tengah Kenaikan Cukai
Meski demikian, Stockbit mencatat, pada emiten rokok tier satu tersebut, pertumbuhan segmen SKT justru terjadi di tengah penurunan segmen Sigaret Kretek Mesin alias SKM dan Sigaret Putih Mesin (SPM). Kondisi ini dapat mengindikasikan bahwa tren downtrading konsumen rokok masih berlanjut.
Jika mengacu pada industri, volume penjualan rokok selama 9M203 turun 5 persen secara tahunan (yoy) menjadi 219,1 miliar batang.
Melansir laporan keuangan perusahaan, terlihat bahwa cukai rokok adalah kontributor utama beban pokok perusahaan. GGRM mencatatkan beban cukai paling tinggi mencapai Rp55,11 triliun. Sementara HMSP berada di urutan ke dua dengan beban cukai mencapai Rp48,82 triliun. (Lihat tabel di bawah ini.)
Dari sisi kinerja saham, WIIM mencatatkan kinerka paling moncer sepanjang 2023 di mana secara year on year (yoy), sahamnya naik 131,51 persen Sementara laba bersih WIIM tercatat Rp441 miliar per sembilan bulan pertama 2023 (9M2023).
Per Kamis (11/1/2024), saham HMSP menguat 1,15 persen di level Rp880 per saham dan GGRM menguat 0,73 persen di level Rp20.775 per saham per pukul 15.00 WIB.
Sementara saham WIIM bergerak merah 0,58 persen di level Rp1.715 per saham dan ITIC merah 0,65 persen di level Rp308 per saham.
‘Setoran’ para pemain bisnis rokok ini tak main-main bagi negara. Kementerian Keuangan atau Kemenkeu mengumumkan bahwa penerimaan cukai rokok sebesar Rp163,2 triliun sepanjang Januari-Oktober 2023.
Jumlah tersebut mencapai 70,2 persen dari target cukai rokok tahun lalu. Meski demikian, angka ini mengalami penurunan 4,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara di 2022, penerimaan negara dari cukai rokok mencapai Rp218,6 triliun berdasarkan data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) di bagian Laporan Arus Kas (LAK). Angka ini berkontribusi 95,05 persen terhadap total penerimaan cukai secara keseluruhan. (Lihat grafik di bawah ini.)
Riset BRI Danareksa Sekuritas menyebutkan, diperkirakan kinerja industri rokok pada 2024 masih akan ada potensi penurunan volume penjualan rokok.
Pada tahun fiskal 2017 hingga 2022, penerimaan cukai hasil tembakau tumbuh sebesar CAGR 8,2 persen sementara volume rokok (berdasarkan data Kementerian Keuangan mengenai penjualan pita cukai) turun sebesar 1 persen pada periode yang sama.
Untuk FY23, pemerintah telah merevisi target penerimaan cukai hasil tembakau sebesar 6 persen menjadi Rp218.7 triliun karena volume yang lemah (dalam 10M23 terkoreksi 1,8 persen yoy) dengan penerimaan cukai hasil tembakau turun 4,4 persen yoy, yang hanya mencapai 70 persen dari target awal.
Sementara target 2023 sebesar Rp232,6 triliun dan untuk tahun 2024, Kementerian Keuangan menargetkan penerimaan cukai rokok sebesar Rp230,4 triliun (alias bertumbuh 5,3 persen yoy). Kondisi ini berarti pertumbuhan volume negatif pada industri rokok akan terus berlanjut.
Kondisi ini didukung oleh pertumbuhan upah minimum yang lemah yang hanya rata-rata sebesar 4 persen pada 2024, dan penurunan perdagangan akan terus berlanjut, sehingga membuat daya beli konsumen melemah.
Untuk itu, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan peringkat Overweight (OW) pada saham rokok HMSP dan buy pada GGRM karena penurunan kinerja yang sudah diperkirakan.
“Kami mempertahankan peringkat OW kami pada sektor ini dengan HMSP sebagai pilihan utama kami karena kontribusi signifikan dari SKT di tengah berlanjutnya penurunan perdagangan dan pertumbuhan laba bersih yang lebih tinggi (+13,4 persen yoy). Kami juga mempertahankan peringkat Buy pada GGRM yang saat ini juga memberikan imbal hasil dividen 11,” kata riset BRI Danareksa Sekuritas pada 4 Desember 2023. (ADF)