sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Banyak Dilego Sebulan Terakhir, Saham Bank Big Cap Tetap Cerah?

Market news editor Melati Kristina - Riset
06/07/2022 14:03 WIB
Berbagai saham emiten bank dilego investor asing dalam sebulan di tengah inflasi yang meninggi dan menunggu arah kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Banyak Dilego Sebulan Terakhir, Saham Bank Big Cap Tetap Cerah? (Foto: MNC Media)
Banyak Dilego Sebulan Terakhir, Saham Bank Big Cap Tetap Cerah? (Foto: MNC Media)

Sektor Bank Masih Overweight

Riset Mirae Asset bertajuk Banking Sector Update May 2022 yang diterbitkan pada Selasa (5/7/2022) menunjukkan, terjadi pelambatan pertumbuhan kredit di seluruh industri menjadi 9 persen secara year on year (yoy) pada Mei 2022.

Adapun sektor keuangan, real estat, dan manufaktur menunjukkan pertumbuhan pinjaman sekitar 11-15 persen secara tahunan.

Menurut riset tersebut, deposito juga tercatat tumbuh hingga 9,9 persen yoy didorong oleh giro dan tabungan.

Selain itu, tercatat empat emiten bank besar yang membukukan pertumbuhan pendapatan yang stabil pada Mei 2022.

Riset tersebut juga mencatat, Hasil run rate BBRI, BMRI, dan BBNI berada di atas perkiraan konsensus, sementara BBCA sejalan dengan perkiraan konsensus.

BBRI berhasil memperoleh pendapatan tertinggi di bulan Mei didukung oleh pendapatan bunga dan non bunga yang menguat dan efisiensi beban bunga. Sedangkan laba bersihnya melonjak 106,6 persen yoy menjadi Rp19,1 triliun.

BBCA juga mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 35,4 persen secara yoy menjadi Rp14,4 triliun yang didorong oleh pembalikan biaya provisi sebesar Rp220 miliar di bulan Mei.

Di samping itu, BMRI juga membukukan laba bersih sebesar R15,5 triliun atau meningkat 65,3 persen secara yoy. Meningkatnya pendapatan emiten ini di bulan Mei didoring oleh efisiensi biaya perusahaan (opex).

Terakhir yakni BBNI yang pendapatan bunga bersihnya meningkat pada bulan Mei 2022. Adapun laba bersihnya tercatat naik hingga 65,4 persen secara yoy menjadi Rp7,3 triliun.

Kendati demikian, pertumbuhan pendapatan non bunga BBNI melambat diiringi dengan penurunan biaya provisi bulanan.

Dalam riset tersebut tertulis, melihat kinerja keuangan perbankan pada Mei 2022 dan latar belakang ekonomi makro Indonesia, analis memiliki pandangan optimis terhadap sektor ini meski tingkat inflasi tahunan Indonesia ikut naik ke level tertinggi dalam 5 tahun sebesar 2-4 persen.

“Jika BI akan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan berikutnya di bulan Juli, kami yakin langkah tersebut akan diapresiasi oleh pasar,” tulis riset tersebut.

Terkait likuiditas, bank dinilai lebih siap untuk menghadapi kenaikan suku bunga. Sedangkan kualitas pinjaman beberapa peminjam akan memburuk jika suku bunga naik, mengingat banyak bisnis baru yang baru saja pulih pasca pandemi.

Di samping itu, pertumbuhan kredit juga terdampak negatif dari kenaikan bunga. Terlepas dari gejolak pasar, harga saham emiten bank besar tetap potensial meski sedang terpukul.

“Dengan demikian, kami mempertahankan sikap overweight kami di sektor perbankan, terutama untuk jangka panjang investor,” sebagaimana dikutip dalam riset Mirae Asset.

Informasi saja, overweight adalah saham yang diprediksi akan naik lebih dari saham lainnya di sektor yang sama.

Adapun terdapat berbagai risiko yang mempengaruhi seperti pembatasan mobilitas, meningkatnya inflasi, melambatnya pertumbuhan kredit, hingga aset yang memburuk. (ADF)

 Periset: Melati Kristina


Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement