Impor batu bara termal Australia mencapai angka tertinggi dalam tiga bulan terakhir sebesar 5,08 juta ton di Maret, naik dari 3,45 juta ton di Februari.
Hal serupa terjadi di India, di mana pertumbuhan permintaan listrik yang tinggi mendorong impor batu bara, yang mencapai 15,21 juta ton pada Maret, naik dari 14,09 juta pada Februari dan 13,41 juta pada Maret 2023, menurut Kpler.
Impor batu bara termal pada kuartal I-2024 mencapai 42,79 juta ton, naik 23,8% dari 34,57 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Permintaan batu bara kemungkinan akan tetap tinggi di India karena negara di Asia Selatan ini bersiap menghadapi gelombang panas yang lebih sering terjadi antara April dan Juni dibandingkan biasanya.
Pada kuartal II-2024, berbagai wilayah di negara itu dapat mencatat 10 hingga 20 hari gelombang panas dibandingkan dengan empat hingga delapan hari normalnya, Mrutyunjay Mohapatra, direktur jenderal Departemen Meteorologi India, mengatakan pada konferensi pers virtual pada Senin (1/4).
Pemasok utama batu bara termal lintas laut bagi India adalah Indonesia dengan kedatangan Maret sebesar 10,23 juta ton, yang merupakan kedatangan tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Australia bukanlah pemasok utama batu bara termal ke India, karena sebagian besar perdagangan batu bara antara kedua negara adalah batu bara metalurgi, yang digunakan untuk membuat baja.
Namun, perlu dicatat, pasokan AS ke India telah meningkat, dengan impor pada Maret mencapai angka tertinggi dalam tiga bulan sebesar 1,10 juta ton dan diperkirakan 1,62 juta ton diperkirakan akan tiba pada April, yang merupakan rekor tertinggi.
Pada saat yang sama, impor batu bara termal Rusia dari India menurun, dengan kedatangan pada Maret sebesar 730.000 ton merupakan yang terendah sejak November.
Sejumlah faktor, mulai dari sanksi Barat terhadap pelayaran hingga kekhawatiran atas keselamatan transit di Laut Merah telah meningkatkan harga batu bara Rusia di India. (ADF)