sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Batu Bara Turun Lebih dari 1 Persen saat Permintaan China Meningkat

Market news editor Maulina Ulfa
06/05/2024 10:03 WIB
Harga batu bara berjangka (futures) Newcastle merosot 1,46 persen pada perdagangan akhir pekan, Jumat (3//5/2024) di level USD145,6 per ton.
Batu Bara Turun Lebih dari 1 Persen saat Permintaan China Meningkat. (Foto: Freepik)
Batu Bara Turun Lebih dari 1 Persen saat Permintaan China Meningkat. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga batu bara berjangka (futures) Newcastle merosot 1,46 persen pada perdagangan akhir pekan, Jumat (3//5/2024) di level USD145,6 per ton. Ini menandai penurunan pasca harga emas hitam mengalami reli di pekan lalu.

Sebelumnya, harga batu bara melesat 3,34 persen di level USD147 per ton pada perdagangan Selasa (30/4/2024).

Pada sesi sebelumnya, harga emas hitam naik 2,16 persen di level USD137,4 per ton pada perdagangan Senin (29/4).

Batu bara kembali terapresiasi, melampaui level tertinggi dalam dua bulan pada perdagangan Kamis (18/4) pekan lalu di harga USD141 per ton.

Meski demikian, secara mingguan, harga batu bara masih perkasa 8,25 persen.  (Lihat grafik di bawah ini.)

Menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan komoditas ini, secara historis, harga batu bara mencapai titik tertinggi sepanjang masa di USD457,8 per ton pada September 2022.

Melansir Trading Economics, harga batu bara sebelumnya melonjak hingga di atas USD145 per ton pada Mei, yang merupakan level tertinggi sejak awal Desember, di tengah semakin kuatnya permintaan dari konsumen utama China dan India.

China sebagai konsumen terbesar di dunia, melanjutkan kebijakan untuk meningkatkan pembangkit listrik tenaga batu bara. Ini dilakukan guna meningkatkan keamanan energinya dan melawan meningkatnya ketegangan geopolitik dan volatilitas nilai tukar mata uang asing sejak pandemi Covid-19.

Hal ini bertentangan dengan janji China sebelumnya untuk mengurangi pembangkit listrik tenaga batu bara yang dianggap polutan terbesar, sehingga mendorong investor untuk percaya bahwa China akan terus bergantung pada batu bara.

China telah mengumumkan rencana untuk membangun tambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 70 gigawatt pada tahun ini. Rencana ini akan memperluas 47 gigawatt pembangkit yang telah dibangun tahun lalu. Sementara itu, hanya 3,7 gigawatt pada pembangkit listrik yang sudah pensiun.

Meningkatnya permintaan telah mengakibatkan peningkatan tajam impor batu bara termal dari Australia, sehingga mendorong impor China melampaui Jepang dan menjadi pembeli batu bara termal terbesar di negara tersebut. (ADF)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement