sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Beda Nasib Emiten Transportasi Vs Distributor Bio Solar Sikapi Kenaikan BBM

Market news editor Melati Kristina - Riset
12/09/2022 06:30 WIB
Kenaikan harga BBM menyebabkan berbagai sektor di bursa saham terkontraksi. Contoh saja, pada Senin (5/9) berberapa sektor saham anjlok diterpa isu tersebut.
Beda Nasib Emiten Transportasi Vs Distributor Bio Solar Sikapi Kenaikan BBM. (Foto: MNC Media)
Beda Nasib Emiten Transportasi Vs Distributor Bio Solar Sikapi Kenaikan BBM. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diumumkan pada Sabtu (3/9) sebagai upaya pemerintah dalam mengalihkan harga subsidi BBM untuk bantuan sosial.

Adapun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku telah berupaya melindungi rakyat dari gejolak harga minyak dunia. Akan tetapi, pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM guna mengalihkan dana tersebut untuk bantuan sosial.

“Beberapa harga jenis BBM yang selama ini mendapat subsidi akan mengalami penyesuaian dan sebagian subsidi BBM akan dialihkan ke bantuan yang lebih tepat sasaran," ujar Jokowi dalam jumpa pers di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (3/9/2022).

Sebanyak Rp24,17 triliun dari dana subsidi BBM dialokasikan untuk bantuan sosial yang dibagi dalam tiga jenis bantuan, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan total anggaran Rp12,4 triliun untuk 20,65 juta kelompok masyarakat yang dibayarkan sejumlah Rp150 ribu sebanyak empat kali.

Selain itu, bantuan bantuan subsidi upah sebesar Rp600ribu untuk 16 juta pekerja dengan gaji maksimum Rp3,5 juta per bulan yang dibayarkan satu kali dengan anggaran Rp9,6 triliun.

Terakhir, bantuan dari pemerintah daerah dengan menggunakan Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil sebanyak Rp2,17 triliun untuk membantu sektor transportasi seperti angkutan umum, ojek, nelayan dan bantuan tambahan perlindungan sosial.

Adapun, harga jenis BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite dari Rp7.650/liter menjadi Rp10 ribu/liter, kemudian solar subsidi dari Rp5.150/liter menjadi Rp6.800/liter, serta Pertamax non subsidi dari Rp12.500/liter menjadi Rp14.500/liter.

Kenaikan BBM tersebut tentunya memberi efek domino terhadap kenaikan biaya maupun harga barang lainnya. Efek paling kentara, yakni kenaikan tarif biaya transportasi dan logistik yang diumumkan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada Rabu (6/9) lalu.

Selain itu, harga komoditas pangan juga ikut naik seiring kenaikan BBM. Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) pada Kamis (8/9) melaporkan sejumlah harga pangan terpantau naik.

Harga yang naik yaitu minyak goreng dengan persentase kenaikan sebesar 2,37 persen hingga gula pasir yang ikut naik hingga 0,32 persen secara nasional.

Adapun kalangan pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia turut mengakui kenaikan harga BBM berpengaruh terhadap segala sektor dan skala usaha.

Wakil Ketua III Kadin Indonesia Shinta Widjaja Kamdani menyebutkan bahwa kenaikan BBM berdampak bagi seluruh sektor usaha sebab kenaikan tersebut akan memberikan beban terhadap aktivitas logistik di seluruh sektor usaha.

“Hampir semua pelaku usaha akan terkena dampak dari sisi penyesuaian atau penurunan daya beli masyarakat,” ungkapnya, seperti ditulis, Senin (5/9/2022).

Ia juga menjelaskan, pertumbuhan konsumsi berpotensi melambat dalam jangka pendek sehingga masyarakat melakukan penyesuaian kembali terhadap pola konsumsi dan pengeluarannya dari efek harga BBM bagi biaya kebutuhan sehari-hari.

Senada dengan pernyataan tersebut, Direktur Center of Economic and Law Studies(CELIOS), Bhima Yudhistira juga menyebutkan bahwa pelaku usaha juga terjepit karena permintaan diproyeksikan turun sedangkan biaya operasional naik.

“Sektor usaha yang terkena dampak hampir semua. Salah satu yang terberat adalah ritel, Fast Moving Consumer Good (FMCG), transportasi, perhotelan, restoran, hingga jasa logistik,” kata Bhima kepada IDX Channel, pada Kamis (8/9).

BBM Naik, Ini Sektor yang ‘Cuan’ hingga ‘Boncos’

Kenaikan harga BBM tentunya menyebabkan berbagai sektor terkontraksi. Dilihat dari kinerja sahamnya, berbagai sektor terpantau merosot di tengah sentimen kenaikan harga BBM.

Adapun Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (5/9) mencatat beberapa sektor yang anjlok pasca kenaikan harga BBM. Salah satu sektor yang terkontraksi paling dalam yaitu sektor transportasi dan logistik (IDXTRANS) yang merosot hingga minus 1,80 persen.

Sedangkan dua sektor lainnya yang ikut turun pada perdagangan Senin (5/9) adalah sektor konsumen non-siklikal (IDXNONCYCLIC) yaitu minus 0,07 persen dan sektor konsumen siklikal (IDXCYCLIC) yakni minus 0,17 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sedangkan saham-saham sektor transportasi dan logistikkurir menjadi yang paling ‘boncos’ karena terdampak sentimen negatif kenaikan BBM hingga kenaikan tarif angkutan umum.

Pada penutupan Senin (5/9) Emiten jasa transportasi dan logistik kurir, PT Batavia Prosperindo Trans Tbk (BPTR) memimpin saham transportasi dengan kontraksi terdalam.

Adapun BEI mencatat, saham BPTR ambles hingga minus 6,67 persen menyentuh auto reject bawah (ARB) 7 persen menjadi Rp196/saham.

Selain itu, emiten transportasi lainnya PT WEHA Transportasi Indonesia Tbk (WEHA) juga anjlok hingga minus 6,40 persen di level Rp117/saham.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement