Menurut Ezaridho, perusahaan EV besar termasuk Tesla tidak lagi membutuhkan nikel dalam jumlah besar untuk produksi kendaraan listrik mereka, karena mereka mulai beradaptasi dengan material lain. Ini menyebabkan prospek nikel semakin terbatas, terutama untuk sektor hilirisasi.
Ezaridho juga menyoroti bahwa meskipun banyak perusahaan nikel yang mengarahkan bisnis mereka ke hilirisasi, kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia masih belum signifikan. Di sisi lain, ekspor nikel ke negara-negara maju tetap menjadi pilihan yang lebih menguntungkan.
Ezaridho pun merekomendasikan investor untuk menahan saham-saham yang berkaitan dengan nikel, seperti INKO, MDKA, dan NCKL, sambil menunggu perkembangan lebih lanjut dari sektor ini.
Meskipun tidak ada sentimen positif yang cukup kuat, ia juga mencatat bahwa tidak ada sentimen negatif besar yang mempengaruhi saham-saham ini.
"Soalnya kelihatannya mungkin tidak ada positif sentiment, tapi juga tidak ada negatif sentiment menurut kami. Tidak ada positif, tidak ada negatif, netral dulu saja," kata dia.