Selain itu, kata dia, BEI juga memberikan insentif berupa diskon biaya pencatatan (listing fee) untuk penerbitan obligasi atau sukuk berbasis lingkungan dan sosial (GSS Bonds). Hingga Juni 2025, total nilai pencatatan GSS Bonds di BEI mencapai Rp42,5 triliun dari 25 emisi oleh 11 penerbit.

Di samping itu, kata Jeffrey, BEI turut aktif bekerja sama dengan lembaga global seperti Morningstar, Sustainalytics, dan S&P Global untuk menyediakan ESG Rating bagi emiten. Kolaborasi ini dilakukan dalam rangka meningkatkan transparansi dan mendukung keputusan investasi berbasis ESG dari investor global.
"Kami juga menyelenggarakan berbagai kegiatan edukasi seperti workshop dan webinar tentang ESG dan keberlanjutan bagi para stakeholder di pasar modal. Selain itu juga juga menerbitkan panduan pelaporan ESG bagi perusahaan tercatat yang selaras dengan panduan OJK Nomor 21 tahun 2017 dan juga sudah adanya ASEAN Exchanges ESG Common Core Matrix serta mengembangkan platform pelaporan ESG secara elektronik untuk membantu perusahaan tercatat menyampaikan data keberlanjutannya secara lebih efektif," katanya.
Inisiatif penting lainnya adalah peluncuran EGS Carbon, platform resmi bursa karbon Indonesia yang didirikan pada 26 September 2023. Hingga pertengahan 2025, EGS Carbon telah mencatatkan perdagangan sekitar 1,6 juta ton karbon dalam bentuk Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK), jauh melampaui volume perdagangan bursa karbon di Malaysia dan Jerman.
Pada Januari 2025, EGS Carbon juga memfasilitasi perdagangan karbon internasional pertama Indonesia, memperkuat posisinya dalam mendukung upaya pengurangan emisi dan pembiayaan transisi energi.