Emiten Sektor Tambang Jadi Pemain Industri Baterai Kendaraan Listrik
Selain didukung oleh perusahaan yang bergerak sebagai produsen kendaraan listrik, emiten sektor tambang berpeluang masuk menjadi pemain industri baterai kendaraan masa depan ini.
Menurut data Kementerian BUMN, Indonesia memiliki cadangan material industri baterai yang melimpah. Adapun sumber daya alumunium di Indonesia per 2021 mencapai 1,2 miliar ton. Sementara cadangan untuk materi baterai lainnya yakni tembaga (51 juta ton), mangan (43 juta ton), serta nikel (21 juta ton).
Potensi besar ini tentunya menjadi kesempatan yang baik bagi sektor tambang untuk meramaikan industri kendaraan listrik, khususnya di segmen industri baterai. Tercatat sejumlah emiten dari sektor nikel, alumunium, hingga batu bara menjadi bagian dalam industri ini.
Sumber: Kementerian BUMN, Ajaib Sekuritas Asia, 2022
Emiten batu bara, PT Adaro Energy Tbk (ADRO), masuk ke industri baterai kendaraan listrik dengan mengembangkan alumunium. Emiten ini membangun pabrik pengolahan (smelter) alumunium di Kawasan Industri Hijau Indonesia, Kalimantan Utara.
Melalui anak usahanya, PT Adaro Alumunium Indonesia telah menandatangani Surat Pernyataan Maksud Investasi (Letter of Intention to Invest) untuk membangun smelter alumunium di kawasan tersebut. Adapun nilai investasinya sebesar Rp10,4 triliun.
Pembangunan smelter tersebut selaras dengan visi perusahaan yang ingin menjadi green company di masa depan. Dengan adanya pengembangan ini, ADRO dapat mendiversifikasi pendapatannya di sektor nonbatubara.
PT Indika Energy Tbk (INDY) turut berekspansi kembangkan potensi kendaraan listrik roda dua di Tanah Air bersama industri baterai dan infrastruktur melalui anak usahanya, PT Electra Mobilitas Indonesia.
Emiten batu bara ini juga menandatangani MoU dengan PT Indonesia Battery Corporation (IBC), Hon Hai Precision Co. Ltd. (Foxconn), dan Gogoro Inc. untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air serta berbagai industri pendukungnya.
Adapun kolaborasi tersebut dilakukan dengan skema Build, Operate, & Localize (BOL) di Indonesia. Kerja sama tersebut meliputi penjajakan investasi mulai dari pembuatan baterai listrik, meliputi sel baterai, modul baterai, dan baterai.
Sementara pengembangan industri kendaraan listrik baik roda empat maupun roda dua juga menjadi fokus dari kerja sama ini.
Teranyar, INDY juga mendirikan entitas usaha di segmen dealer motor listrik. Melalui anak usahanya, PT Solusi Mobilitas Indonesia (SMI) bersama PT Electra Distribusi Indonesia (EDI) mendirikan perusahaan PT Electra Auto Indonesia (EAI) untuk tujuan dealership.
Didirikannya perusahaan tersebut sebagai ekspansi usaha INDY dalam mengembangkan sektor kendaraan listrik roda dua dalam negeri. Emiten ini juga menargetkan untuk meluncurkan motor listrik pada Kuartal III-2022.
Selanjutnya, PT Harum Nickel Industry (HNI) sebagai anak usaha PT Harum Energy Tbk (HRUM), mendiversifikasi usahanya ke industri nikel. Adapun emiten batu bara ini mengambil bagian atas 250 ribu saham baru dalam PT Westrong Metal Industry dengan nilai investasi dan pengambilan bagian
PT Westrong Metal Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang smelter nikel. Adapun smelter emiten ini berkapasitas produksi tahunan antara 44 ribu hingga 56 ribu ton nikel berbentuk Feronikel maupun Nickel Pig Iron (NPI).
Emiten nikel lain yang ikut ‘nyemplung’ di segmen baterai kendaraan listrik adalah PT Aneka Tambang (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Timah Tbk (TINS).
ANTM berkolaborasi dengan PLN melalui penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) terkait pengadaan pasokan listrik Smelter Feronikel Halmahera Timur untuk periode 30 tahun kedepan. Adapun nilai investasinya mencapai Rp3,5 triliun.
Selain itu, ANTM juga terlibat dalam pembentukan Indonesia Battery Corporation (IBC) guna mendukung pemerintah dalam mengembangkan produksi mineral dari cadangan perusahaan. Adapun ANTM berkolaborasi dengan PLN, Inalum, dan Pertamina dalam proyek tersebut
Sementara INCO berekspansi melalui Final Investment Decision (FID) untuk proyek fasilitas nikel Bahodopi. Emiten nikel ini juga menandatangani dokumen perjanjian Kerangka Kerjasama Proyek untuk Fasilitas Pengolahan Nikel Bahodopi dengan mitra lainnya yakni Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) pada tahun lalu.
Terakhir, emiten logam timah, PT Timah Tbk (TINS) juga merambah sektor nikel melalui anak usahanya, yakni PT TIM Nkel Sejahtera. (ADF)
Periset: Melati Kristina
Sumber: Tim Riset IDX Channel, Juni 2022