Melalui layanan keuangan digital, dikatakan Helmi, Amar Bank berhasil menembus segmen underserved, yang menjadi proposisi nilai unik dan membedakannya dari bank konvensional.
Sebagian besar kredit yang disalurkan, yaitu sebesar 86 persen, digunakan untuk kegiatan produktif seperti modal kerja. Sementara 14 persen lainnya dimanfaatkan untuk konsumsi.
Dengan fokus pada produk pinjaman tanpa agunan, Helmi meyakini Bank Amar memiliki potensi besar untuk dapat mempercepat pertumbuhan melalui proses yang sederhana dan efisien di platform digital.
Didukung oleh teknologi kecerdasan buatan (AI), Bank Amar juga dinilai mampu mengelola risiko secara cerdas, memungkinkan penyaluran kredit dilakukan dengan pendekatan selektif sambil tetap menjaga toleransi risiko yang dapat diterima.
"Keunggulan ini tidak hanya memperkuat posisinya di pasar yang kurang terlayani tetapi juga menjadikannya berbeda dari para pesaing," ujar Helmi.
(taufan sukma)