Salah satu katalis terdekat adalah terbitnya Peraturan Presiden mengenai Waste-to-Energy (WTE) yang diperkirakan akan menaikkan tarif listrik dari USD0,13/kWh menjadi USD0,19/kWh serta mempermudah perizinan IPP.
Kebijakan tersebut berpotensi mendorong internal rate of return (IRR) proyek ke level belasan persen, dengan periode balik modal lebih singkat, yakni 5-6 tahun.
Dengan volume sampah Jakarta yang mencapai 7.000 ton per hari cukup untuk mendukung beberapa pembangkit berkapasitas 40 MW TOBA dipandang berada di posisi strategis untuk menggarap peluang besar WTE di Indonesia.
Meski demikian, ekspansi agresif melalui M&A dapat berdampak pada rasio utang. Samuel Sekuritas mencatat proyeksi net gearing TOBA pada 2025 sebesar 77 persen berpotensi meningkat, meski saat ini perusahaan masih memiliki ruang pembiayaan sekitar USD200 juta.
Valuasi murah, rekomendasi Buy
Dari sisi valuasi, saham TOBA dinilai masih menarik. Samuel Sekuritas memberikan rekomendasi Buy dengan target harga (TP) Rp2.100 per saham, mencerminkan potensi kenaikan hingga 67 persen dari level saat ini.