IDXChannel - PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mempercepat transformasi bisnis inti dari batu bara ke bisnis pengelolaan limbah (waste management) dan energi terbarukan.
Riset terbaru Samuel Sekuritas Selasa (16/9/2025), memproyeksikan EBITDA TOBA meningkat dari USD71 juta pada 2024 menjadi USD231 juta di 2030.
Kontribusi batu bara diperkirakan anjlok dari 88 persen pada 2024 menjadi hanya 1 persen pada 2030. Sebaliknya, segmen limbah akan menjadi tulang punggung dengan porsi 35 persen EBITDA, disusul energi terbarukan sebesar 24 persen.
Akuisisi Sembcorp pada kuartal I-2025 disebut sebagai katalis utama yang mengubah TOBA menjadi operator limbah terintegrasi terbesar di Asia Tenggara.
Hasilnya, EBITDA dari segmen waste pada 2025 diperkirakan mencapai USD53 juta atau sekitar 85 persen dari total EBIT perseroan. Bahkan, laba segmen ini diproyeksi akan berlipat ganda pada 2026 dan menyumbang 67 persendari EBITDA TOBA.
Ke depan, potensi pertumbuhan TOBA diyakini semakin besar dengan dukungan regulasi pemerintah serta rencana ekspansi melalui merger dan akuisisi (M&A).
Salah satu katalis terdekat adalah terbitnya Peraturan Presiden mengenai Waste-to-Energy (WTE) yang diperkirakan akan menaikkan tarif listrik dari USD0,13/kWh menjadi USD0,19/kWh serta mempermudah perizinan IPP.
Kebijakan tersebut berpotensi mendorong internal rate of return (IRR) proyek ke level belasan persen, dengan periode balik modal lebih singkat, yakni 5-6 tahun.
Dengan volume sampah Jakarta yang mencapai 7.000 ton per hari cukup untuk mendukung beberapa pembangkit berkapasitas 40 MW TOBA dipandang berada di posisi strategis untuk menggarap peluang besar WTE di Indonesia.
Meski demikian, ekspansi agresif melalui M&A dapat berdampak pada rasio utang. Samuel Sekuritas mencatat proyeksi net gearing TOBA pada 2025 sebesar 77 persen berpotensi meningkat, meski saat ini perusahaan masih memiliki ruang pembiayaan sekitar USD200 juta.
Valuasi murah, rekomendasi Buy
Dari sisi valuasi, saham TOBA dinilai masih menarik. Samuel Sekuritas memberikan rekomendasi Buy dengan target harga (TP) Rp2.100 per saham, mencerminkan potensi kenaikan hingga 67 persen dari level saat ini.
Valuasi TOBA disebut jauh lebih murah dibanding peers, dengan EV/EBITDA 2026F di 5,8x (diskon 35 persen) dan PE 11,6x (diskon 48 persen), meski harga saham telah melonjak 212 persen sejak April 2025.
Aset waste management TOBA bahkan tercatat 62,9 persen lebih murah dibanding kompetitor, sementara aset energi terbarukan diperdagangkan di 9,6x EV/EBITDA atau 45 persen di bawah rata-rata industri.
Samuel Sekuritas menilai pipeline proyek energi terbarukan TOBA mulai dari hidro, surya, hingga angin akan memberikan visibilitas kuat terhadap arus kas berulang mulai 2026.
"Dukungan regulasi WTE serta monetisasi proyek energi terbarukan pasca-COD diperkirakan akan memperkuat re-rating ESG perusahaan," tulis analis Samuel Sekuritas Ahnaf Yassar Lilo dalam risetnya, Selasa (16/9/2025).
Namun, analis juga mengingatkan sejumlah risiko, seperti potensi keterlambatan regulasi, tantangan eksekusi proyek, hingga kebutuhan pendanaan yang lebih besar dari perkiraan.
(DESI ANGRIANI)