"Kami sudah memiliki proyek baru yang akan menjadi dasar dari sukuk ini. Namun, kami juga terus melihat pipeline dan peluang pertumbuhan di dalam negeri. Fokus utama kami tetap pada pertumbuhan bisnis di Indonesia," tutur Silfanny.
Di sisi lain, Direktur BUMA Internasional Grup (DOID), Iwan Fuad Salim menekankan bahwa penerbitan sukuk menjadi bagian dari strategi diversifikasi sumber pendanaan perusahaan.
Selain memperluas basis investor, sukuk ini menawarkan biaya pendanaan yang lebih kompetitif dibandingkan sumber konvensional.
"Salah satu hal yang kami apresiasi dari penerbitan sukuk ini adalah respons positif dari investor. Dari sisi biaya, jika kita rata-ratakan tiga tenor yang ada, hasilnya lebih kompetitif dibandingkan sumber pendanaan lainnya," kata Iwan.
Menurutnya, imbal hasil sukuk yang bersaing menjadi alternatif yang menarik dibandingkan obligasi konvensional. Keberhasilan ini juga semakin mengukuhkan rekam jejak BUMA dalam menerbitkan instrumen keuangan berbasis pendapatan tetap (fixed income).