Merespons tersebut, bursa saham AS alias Wall Street naik, obligasi menguat, dan dolar melemah.
"Sinyal yang jelas dari risalah (Fed) telah menjadi pemicu penurunan terbaru pada dolar AS," kata Kepala Strategi Mata Uang National Australia Bank, Ray Attrill, dikutip Reuters, Kamis (22/8).
Ray menambahkan, penurunan dolar mungkin dapat dicegah oleh data pekerjaan AS pada 6 September atau bahkan data purchasing managers index (PMI) yang akan dirilis hari ini jika hasilnya berbeda dari ekspektasi pasar terkait pemotongan suku bunga, atau jika menunjukkan kelemahan di Eropa yang dapat menekan euro.
Survei PMI manufaktur Jepang menunjukkan aktivitas menyusut, meski sedikit, dan sektor jasa mengalami ekspansi.
Pasar futures suku bunga telah sepenuhnya memperhitungkan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) di AS bulan depan, dengan kemungkinan sepertiga untuk pemotongan 50 bps dan lebih dari 200 bps pemotongan hingga Juli 2025.