IDXChannel - Kenaikan tajam indeks Nikkei mendorong bursa Asia menguat pada Senin (20/10/2025), seiring Jepang yang kian dekat menunjuk perdana menteri baru.
Sementara itu, data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis pekan ini diperkirakan hanya menjadi rintangan kecil dalam laju penurunan suku bunga lebih lanjut di sana.
Di Asia, indeks Nikkei Jepang melonjak 2,96 persen, didorong kabar Partai Demokrat Liberal dan Partai Inovasi Jepang sepakat membentuk pemerintahan koalisi, membuka jalan bagi perdana menteri perempuan pertama di Jepang.
Mengutip Reuters, analis memperkirakan Sanae Takaichi berpihak pada kebijakan stimulus dan menentang kenaikan suku bunga lanjutan — sentimen negatif bagi yen dan obligasi, namun positif untuk pasar saham.
Indeks saham Korea Selatan KOSPI naik 1,36 persen, sementara indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menguat 1,3 persen. Saham unggulan China (CSI 300) juga naik 1,06 persen setelah melemah pekan lalu.
Sementara, Hang Seng Hong Kong mendaki 2,57 persen, Shanghai Composite terkerek 0,91 persen, dan ASX 200 Australia naik 0,10 persen.
Data menunjukkan ekonomi China tumbuh 1,1 persen pada kuartal ketiga, melampaui perkiraan. Produksi industri juga naik 6,5 persen, lebih tinggi dari ekspektasi, yang dapat memperkuat tekad Beijing untuk menghadapi perang dagang berkepanjangan dengan AS.
Namun secara tahunan, pertumbuhan 4,8 persen itu menjadi laju paling lemah dalam setahun.
Harga rumah yang terus turun memperlihatkan sektor properti masih menjadi beban besar bagi perekonomian, kekayaan rumah tangga, dan konsumsi. Penjualan ritel hanya naik 3,0 persen secara tahunan.
Investor pun berharap ada tambahan stimulus seiring para pembuat kebijakan bertemu pekan ini untuk membahas Rencana Lima Tahun terbaru, meski pasar sudah terbiasa dengan kemungkinan hasil yang mengecewakan.
Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan bahwa ia dapat menurunkan tarif terhadap China asalkan Beijing juga melakukan “hal-hal” untuk Amerika Serikat, termasuk melanjutkan pembelian kedelai.
Data yang akan dirilis Jumat diperkirakan menunjukkan inflasi inti AS tetap di 3,1 persen pada September, namun hal ini tidak akan mengganggu pasar mengingat The Federal Reserve tidak menolak ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga.
“Kami melihat Powell menekankan pentingnya tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja dalam pertimbangan kebijakan The Fed,” ujar Kepala Ekonom AS di JPMorgan, Michael Feroli.
Ia menambahkan, “Hal ini mengonfirmasi ekspektasi luas bahwa FOMC akan kembali memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya dalam waktu sekitar dua pekan.”
Pasar berjangka sepenuhnya mencerminkan ekspektasi penurunan suku bunga seperempat poin bulan ini dan satu kali lagi pada Desember, dengan suku bunga diperkirakan mencapai 3,0 persen pada pertengahan tahun depan.
Futures Eurostoxx 50 naik 0,6 persen, DAX futures naik 0,6 persen, dan FTSE futures bertambah 0,2 persen. Untuk Wall Street, futures S&P 500 dan Nasdaq sama-sama menguat 0,2 persen, dengan fokus investor tertuju pada perkembangan musim laporan keuangan pekan ini. (Aldo Fernando)